Seperti biasa, ketika hendak menuju daerah baru saya akan mencari tahu kondisinya lewat om Google, termasuk cuacanya. Dugaan saya soal suhu meleset, New York masih dingin dan berangin, malam hari bisa di bawah titik beku.
Bahkan Departemen Sanitasi setempat mengeluarkan peringatan kemungkinan akan turun salju pada Selasa pagi hari. Namun, belakangan peringatan tersebut tidak terbukti meskipun dinginnya masih menusuk tulang.
Saya dan kawan saya tiba di Bandara JFK Senin, 24 Maret 2014, sekitar pukul 16.00 waktu setempat. Hembusan angin yang membawa hawa dingin 8 derajat langsung menyapa saya saat keluar dari terminal menuju tempat parkir taksi.
Tanda-tanda musim semi masih belum tampak. Selama dalam perjalanan melewati tol menuju daerah SOHO, pohon-pohon masih terlihat kering meranggas.
Orang-orang berlalu lalang di jalan masih dengan baju musim dinginnya. Jaket tebal berlapis, sarung tangan, dan topi. Sesekali hembusan udara hangat keluar dari mulut dan hidung mereka.
"Suhunya sekarang sekitar 8 derajat. Kalau malam bisa -2 derajat," kata Mark, sopir taksi yang mengantar kami menuju hotel.
Suhu dingin ini rupanya juga menjadi bahan pemberitaan media setempat. Seperti yang diliput oleh televisi NBC yang menyuarakan beberapa warga NY yang ingin cuaca lebih hangat.
"Saya ingin jogging dengan memakai tanktop. Tidak perlu memakai pakaian berlapis-lapis kalau mau keluar rumah," keluh salah seorang warga yang ditemui NBC.
Malam hari di New York juga lebih sepi karena banyak yang memilih untuk kembali ke rumah daripada jalan-jalan. Butuh baju hangat untuk keluar dinner, bahkan di beberapa tempat makan para tamunya tetap memakai jaket karena udara dingin masuk ke dalam ruangan.
Bagi Anda yang hendak liburan sebaiknya datanglah di minggu akhir bulan April. Pada tanggal itu diperkirakan cuaca akan lebih hangat karena sudah masuk musim semi.
(gah/fdn)