"Saya yakin dan percaya, kuncinya adalah kepemimpinan. Leadership. Saya dulu di tentara belajar sebuah adagium yang berlaku bagi setiap tentara sepanjang sejarah: “There are no bad soldiers, only bad commanders.” Tidak ada prajurit yang jelek. Hanya ada para komandan yang jelek," kata Prabowo menegaskan perlunya sosok pemimpin tegas, menjawab pertanyaan detikcom, Selasa (25/3/2014).
Prabowo memaparkan visi-misi Partai Gerindra dalam rubrik 'Ketua Umum Parpol Bicara'. Meski statusnya bukan ketua umum, seperti diketahui Prabowo adalah pemimpin tertinggi di Partai Gerindra. Capres Gerindra ini pun menyemangati anak muda untuk bangkit dari keterpurukan dan tidak rela ditindas bangsa lain.
"Kalau saudara-saudara sekalian tidak mau terlibat di politik, saudara membiarkan elite oligarki yang selalu berbohong, yang bertutur kata manis tetapi hatinya menipu rakyat. Karena itu Partai Gerindra benar-benar menawarkan perbedaan: Pertama kita menawarkan pemimpin-pemimpin yang bersih, jujur dan cerdas di setiap kesempatan, dan kedua kita tawarkan program yang jelas," kata mantan Danjen Kopassus berbintang 3 ini.
Berikut wawancara lengkap detikcom dengan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, bagian pertama:
1. Apa visi dan misi yang diusung partai Anda untuk Pemilu 2014?
Cita-cita Partai Gerindra adalah sama dengan cita-cita perjuangan 17 Agustus 1945, yakni negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat, yang rakyatnya hidup dalam keadilan dan kesejahteraan. Banyak suku, banyak ras, banyak daerah, tetapi satu nusa, satu bangsa, satu cita-cita: Indonesia Raya yang gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo. Aman, tenteram, makmur, dan sejahtera.
Untuk mencapai itu, sebuah kondisi yang Partai Gerindra sebut sebagai "Indonesia Bangkit, Indonesia Menang", Partai Gerindra bertekad untuk mewujudkan sebuah pemerintahan nasional yang bersih. Pemerintahan nasional yang menjalankan paham ekonomi kerakyatan. Pemerintahan nasional yang memperjuangkan kemandirian bangsa, berdiri di atas kaki sendiri, swasembada pangan, swasembada energi, yang kuat mengangkat dan membela yang lemah.
2. Tingkat kepercayaan publik terhadap parpol kian menurun. Apa yang parpol Anda tawarkan kepada pemilih Indonesia, terutama kalangan muda, agar mau menggunakan hak pilihnya di Pemilu 2014?
Di sinilah saya harus mengatakan: Sebagian kelompok elite bangsa kita telah terbiasa membiarkan kebocoran anggaran negara, membiarkan kebocoran kekayaan-kekayaan bangsa. Sebagian pimpinan politik kita telah asik melanggengkan kekuasaan, tidak dengan sungguh-sungguh membangun kekuatan ekonomi bangsa Indonesia. Sebagian elite cendikiawan, tokoh kampus dan akademisi memilih diam daripada membela kebenaran dan membela rakyat (tidak mau tahu, pura-pura tidak tahu, tidak mau cari tahu, dan tidak ada usaha untuk mencari tahu apalagi untuk berpihak kepada kebenaran). Hal ini menyebabkan tingkat kepercayaan publik kepada elitenya, kepada partai politik kian menurun.
Kepada anak-anak muda kita, dan segenap rakyat Indonesia, saya selalu katakan kalau orang-orang baik diam, kita akan selalu ditindas oleh bangsa lain. Kalau saudara-saudara sekalian tidak mau terlibat di politik, saudara membiarkan elite oligarki yang selalu berbohong, yang bertutur kata manis tetapi hatinya menipu rakyat. Karena itu Partai Gerindra benar-benar menawarkan perbedaan: Pertama kita menawarkan pemimpin-pemimpin yang bersih, jujur dan cerdas di setiap kesempatan, dan kedua kita tawarkan program yang jelas.
Sebagai contoh, di Pilkada Jakarta 2012 kami tawarkan, dan anak-anak muda berbondong-bondong pergi ke TPS. Di Pilkada Bandung 2013 juga sama, anak-anak muda berbondong-bondong pergi ke TPS. Bahkan mereka tidak hanya menjadi peserta demokrasi, mereka juga menjadi motor penggerak utama. Hal serupa juga terjadi di kampanye Partai Gerindra di Pemilu 2014. Saudara bisa melihat sendiri, bagaimana hampir seluruhnya tim yang bekerja di Partai Gerindra adalah anak-anak muda.
3. Bagaimana pandangan partai Anda terhadap harapan agar parpol banyak melahirkan tokoh muda di Pemilu dan Pilpres 2014?
Politik adalah upaya memperbaiki kehidupan suatu masyarakat. Kehidupan suatu rakyat. Jadi, kalau kita ingin memperbaiki kehidupan rakyat kita. Kalau kita ingin memperbaiki kehidupan sekitar kita sendiri, anak kita, cucu kita, mau tidak mau kita harus berpolitik. Dan berpolitik itu berarti harus berpihak, harus memilih, harus berjuang.
Saya melihat sekarang sudah semakin banyak anak-anak muda, tokoh-tokoh muda yang paham akan hal ini. Tidak sedikit dari mereka yang bergabung dengan Partai Gerindra, baik dalam struktur kepengurusan partai atau sekarang menjadi calon anggota legislatif. Banyak dari mereka memilih Partai Gerindra karena Partai Gerindra menawarkan kepastian: Tidak ada pungli, tidak ada kesepakatan macam-macam. Partai Gerindra adalah untuk putera dan puteri terbaik bangsa. Alhasil, jika Partai Gerindra mendapatkan mandat untuk menjalankan pemerintahan di Pemilu 2014 ini, saya sangat yakin akan ada perubahan berarti di parlemen.
4. Menurut parpol Anda, sosok pemimpin Indonesia seperti apa yang akan bisa menjadi pemimpin yang solutif untuk berbagai masalah bangsa ini?
Kita punya cita-cita dan impian-impian yang sama yaitu kita inginkan bangsa kita, negara kita yang kita cintai bisa menjadi bangsa yang adil dan makmur. Bangsa di mana rakyatnya sejahtera. Kita ingin dihormati oleh bangsa-bangsa lain karena kita mampu menjadi bangsa yang beradab.
Saat ini, kita bangun setiap pagi dan melihat kenyataan, rakyat kita masih banyak yang miskin, bahwa ternyata sumber daya alam yang begitu banyak kita miliki tidak mampu kita kelola dengan baik. Bahkan yang terjadi adalah net outflow of national wealth. Mengalir keluarnya kekayaan bangsa ke luar negeri.
Sehingga walaupun kita dikaruniai Tuhan YME sumber daya alam yang begitu besar, setelah hampir 67 tahun merdeka kita belum memiliki mobil buatan Indonesia, motor buatan Indonesia, televisi buatan Indonesia. Bahkan sekarang ikan asin saja kita impor. Ikan teri kita impor. Batik juga sudah mulai kita impor besar-besaran.
Lantas, apa kebanggaan bangsa Indonesia? Apa yang kita produksi untuk keperluan kita sendiri? Bahkan sandal saja dan celana dalam kita saja buatan negara lain.
Kalau dulu, Belanda mengejek orangtua kita, kakek kita, dengan mengatakan: “Indonesia mau merdeka? Bikin pabrik peniti saja mereka tidak bisa. Bagaimana mereka mau merdeka? Inlander-inlander goblok.”
Saya bertemu beberapa orang yang menceritakan bahwa banyak putra-putri Indonesia sekarang bekerja di luar negeri. Mereka memiliki gelar PhD di bidang fisika, matematika, sekarang berkarya di negara Barat, untuk kepentingan negara Barat. Artinya putra-putri Indonesia tidak kalah dengan bangsa lain. Tetapi kenapa seolah-olah tidak mampu menjadi bangsa yang produktif, bangsa yang berdiri di atas kaki sendiri?
Setiap tahun kita membeli lebih dari 1.000.000 mobil. Tidak ada satu pun buatan Indonesia. Malaysia sudah lama berani membuat mobil sendiri. India yang kita pernah ejek sebagai negara miskin sekarang telah bangkit menjadi negara industri yang maju. Sebentar lagi mobil-mobil India akan membanjiri negara kita, persis seperti mobil Malaysia yang sudah ada di negara kita.
Kita seolah-olah menjadi bangsa yang bodoh. Bank-bank milik Indonesia yang susah payah telah kita sehatkan dan bangun kembali, kita biarkan dibeli oleh bangsa lain. Kita izinkan negara-negara asing mengoperasikan bank-bank di negara kita padahal mereka tidak mengizinkan bank-bank kita beroperasi di negara mereka. Tetapi elite bangsa kita diam semua.
Menurut saya, ini adalah pengkhianatan elite kepada bangsanya sendiri. Saya ingat cover story majalah Far East Economic Review tanggal 26 Juni 2003, “A Nation Betrayed: How Indonesia’s Elite Are Selling The Country Short”. Elite Indonesia sedang menjual negaranya sendiri.
Bayangkan, sekian tahun lalu tetangga-tetangga kita sudah melihat ini terjadi. Sudah ada tanda-tanda peringatan, kita menuju negara gagal.
Saya yakin dan percaya, kuncinya adalah kepemimpinan. Leadership. Saya dulu di tentara belajar sebuah adagium yang berlaku bagi setiap tentara sepanjang sejarah: “There are no bad soldiers, only bad commanders.” Tidak ada prajurit yang jelek. Hanya ada para komandan yang jelek.
Ada juga adagium yang diajarkan kepada saya saat saya perwira muda: “Seribu kambing dipimpin oleh seekor harimau akan mengaum semua. Tetapi seribu harimau dipimpin kambing akan embeeeek semua”. Artinya saya percaya bahwa jika Indonesia dipimpin oleh lapisan elite dan kepemimpinan yang bersih, jujur, cinta tanah air, cerdas, mau kerja keras, tidak akan mau tunduk kepada dominasi bangsa-bangsa asing. Saya percaya dengan lapisan kepemimpinan seperti itu, bangsa kita bisa cepat bangkit.
5. Jika menjadi penguasa pemerintahan, lebih memilih kader sendiri atau kalangan profesional untuk mengisi jabatan eksekutif?
Tekad saya adalah memastikan Partai Gerindra menjadi kekuatan politik yang terdiri dari pemuda-pemudi paling cerdas, paling berani, paling bertekad untuk membangun Indonesia yang kita cita-citakan. Indonesia yang modern, Indonesia yang dihormati karena kesejahteraan rakyatnya. Indonesia yang menjadi negara produsen, tidak hanya negara konsumen barang-barang bangsa lain.
Namun kita benar ingin memperbaiki kehidupan bangsa, harus ada perjuangan menuju transformasi bangsa. Birokrasi kita harus terdiri dari the best and the brightest, yang paling pintar dan paling baik harus menjadi aparat pemerintahan kita. Dari partai, golongan, suku, agama, dan ras apapun. The best and the brightest.
6. Bagaimana parpol anda memandang rangkap jabatan di pemerintahan dan parpol? Adakah komitmen dari parpol anda bahwa kader parpol yang terpilih menjadi pejabat negara tak akan memegang jabatan penting di parpol?
Dalam hal ini, Partai Gerindra tidak asal bicara - saudara dapat melihat sendiri bagaimana kebijakan saya akan jabatan kepartaian yang diemban oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta saudara Basuki T Purnama. Walaupun beliau memiliki posisi strategis di partai, kepentingan partai di bawah kepentingan rakyat Jakarta. Ketika seorang kader Gerindra sudah memiliki jabatan publik, ia menjadi pimpinan untuk warga dari semua golongan, semua kepentingan politik.
Demikian juga untuk hal berkampanye - saya instruksikan kepada semua kader Gerindra yang sudah memiliki jabatan di pemerintahan, untuk tidak mengambil cuti demi berkampanye di luar daerahnya. Bagi saya, dan bagi Partai Gerindra, prestasi di pemerintahan sudah mencerminkan kampanye bagi Partai Gerindra.
7. Mohon beri penjelasan ke masyarakat Indonesia mengenai sumber keuangan parpol, caleg dan capres (kalau ada) Anda?
Sistem demokrasi yang kita anut saat ini, sistem demokrasi multi partai memang heboh, sulit, dan mahal. Namun alternatifnya tidak demokratis. Untuk menjalankan fungsi kepartaian dan berkampanye, sumber keuangan Partai Gerindra didapatkan dari: APBN (jumlahnya sekitar Rp. 500 juta per tahun), kader partai dan sumbangan umum.
Semua uang masuk dan keluar kita catat dan publikasikan dengan rinci di website Partai Gerindra. Karena ini, Partai Gerindra pernah mendapatkan penghargaan dari Transparency International Indonesia (TII) dan Indonesia Corruption Watch (ICW) sebagai partai politik dengan transparansi keuangan terbaik.
(van/nrl)