Surat ini dibacakan langsung oleh anak bungsu sang pahlawan, I Gusti Ngurah Alit Yudha, di Taman Pujaan Bangsa Margarana, Tabanan, Bali, Minggu (23/3/2014). Hadir juga Presiden SBY dalam rangka silahturahmi dengan veteran perang Bali.
Dengan penuh semangat, I Gusti Ngurah Alit Yudha, membacakan surat itu. Begini surat 'sakti' yang dikirim pada 18 Mei 1946 tersebut.
Kepada Jth.
Toean Overste Termeulen
di
D E N P A S A R. M E R D E K AΒ !
Soerat telah kami terima dengan selamat. Dengan singkat kami sampaikan djawaban sebagai berikoet:
Tentang keamanan di Bali adalah oeroesan kami. Semendjak pendaratan tentera toean, poelau mendjadi tidak aman. Boekti telah njata, tidak dapat dipoengkiri lagi.
Lihatlah, penderitaan rakjat menghebat. Mengantjam keselamatan rakjat bersama. Tambah2 kekatjauan ekonomi mendjirat leher rakjat. Keamanan terganggoe, karena toean memperkosa kehendak rakjat jang telah menjatakan kemerdekaannja.
Soal peroendingan kami serahkan kepada kebijaksanaan pemimpin2 kita di Djawa. Bali boekan tempatnja peroendingan diplomatic. Dan saja boekan kompromis. Saja atas nama rakjat hanja menghendaki lenjapnja Belanda dari poelau Bali atau kami sanggoep dan berdjandji bertempoer teroes sampai tjita2 kita tertjapai.
Selama Toean tinggal di Bali, poelau Bali tetap mendjadi belanga pertoempahan darah, antara kita dan pihak toean. Sekian, harap mendjadikan makloem adanja. Sekali merdeka, tetap merdeka
a/n. DEWAN PERJOANGAN BALI. Pemimpin: ( I Goesti Ngoerah Rai).
(mok/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini