"Ini menunjukan kematian rasa solidaritas antar sesama," kata Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Ni'am Sholeh, saat berbincang dengan detikcom, Rabu (19/3/2014).
Sejak munculnya pemberitaan yang menggambarkan kondisi Aisyah dan ayahnya, kata Asrorun, KPAI sempat membuat pembahasan darurat.
"Insya Allah ada langkah dengan Dinas Sosial setempat," kata Asrorun.
Kasus Aisyah bukanlah pertama kali ditemukan. Menurut Asrorun, rasa empati haruslah ditumbuhkan, setiap orang yang melihat apa yang dialami seperti Aisyah untuk mampu menolong. "Atau setidaknya melaporkan untuk kemudian ditindaklanjuti," imbaunya.
Aisyah dan ayahnya, Nawawi, yang terkulai lemas di becak barang terpaksa tinggal di pinggiran toko di Kota Medan. Ini dikarenakan Nawawi kehabisan uang untuk mengobati penyakit komplikasi yang dideritanya, dan tidak mampu membayar kontrakan rumah
Adapun becak yang dijadikan rumah oleh keduanya terlihat cukup sederhana, tanpa atap terpal atau berdinding yang menutupi badan becak. Ada bantal, ember, selimut, pakaian dan kebutuhan harian lainnya.
Mereka tinggal dan beraktivitas di atas becak itu. Malam hari mereka memarkirkan becaknya di depan teras rumah warga di seputar Jalan Sisingamangaraja. Jika pagi tiba, mereka pindah ke sekitar Masjid Raya. Aisyah lah yang mendayung becak itu.
Setiap hari keduanya memarkirkan becak mereka di samping Masjid Raya. Masjid bersejarah ini menjadi bagian dari penyambung hidup mereka. Saat masjid sedang tidak ramai, Aisyah masuk dan membersihkan tubuh di kamar mandi masjid itu. Usai mandi, dia kemudian membawa kain yang sudah dibasahi untuk mengelap tubuh ayahnya. Begitu cara ayahnya mandi.
Tapi jika akan ke kamar mandi masjid, Aisyah tidak akan masuk dari pintu depan. Ini masjid yang rutin dikunjungi turis dan pejabat, jika Aisyah terlihat masuk dari depan, bisa menyulitkan penjaga. Maka Aisyah masuk dengan cara melompati pagar masjid. Penjaga masjid tahu, tapi tidak memarahi.
(ahy/dha)