"Dalam beberapa kajian, ternyata orang yang sangat familiar dengan sosial media bisa sangat apatis dengan gerakan pemilu untuk menggunakan hak pilihnya," ucap Afifuddin, anggota Jaringan Pendidikan Pemilih Rakyat (JPPR) di Bakoel Koffie, Jl Cikini Raya, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (2/3/2014).
"Makanya harus bersinergi antara pendidikan politik di ranah media maya dan ranah konvensional. Karena beberapa influencer itu adalah orang-orang yang berada di sekitar mereka," imbuhnya.
Menurut Afiffudin, setiap orang memiliki kebebasan untuk menggunakan hak pilihnya dalam memberikan suara atau tidak. Tetapi, diharapkan angka golput bisa ditekan dari partisipasi masyarakat yang tinggi.
"Yang penting itu kan bagaimana me-maintanance suara warga saat ini. Kalau makin banyak peraturan dan tindakan yang aneh-aneh, ini bisa bikin masyarakat jadi apatis. Jadi penyelenggara harus bisa menjaga situasi semangat masyarakat. Harusnya mereka bisa mensosialisasikan bagaimana cara memilih calon wakil yang baik," tukasnya.
(trq/trq)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini