Kepala Pusat Studi Ilmu Sosial dan Ilmu Sejarah (Pussis) Universitas Negeri Medan (Unimed) Ichwan Azhari menyatakan, pendataan itu perlu dilakukan sebab aspek kebudayaan ini masih luput dari perhatian banyak pihak. Padahal sarana kebudayaan yang rusak juga banyak.
βKami sudah mengirimkan mahasiswa Sejarah dan Antropologi Unimed untuk melakukan pemetaan awal,β kata Ichwan Azhari kepada media di Medan, Selasa (25/2/2014).
Disebutkan Ichwan, berdasarkan pengumpulan informasi awal, ada beberapa rumah adat yang rusak. Rumah-rumah itu antara lain berada di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung. Guru Kinayan saat ini memang masih masuk dalam zona bahaya, radius lima kilometer dari puncak gunung, sehingga pihaknya masih belum dapat melakukan pendataan secara menyeluruh.
Selain itu ada juga artefak berupa lesung tradisional, dan benda budaya lainnya di kaki Sinabung baik yang masih digunakan maupun yang tidak, terkubur bersama abu Sinabung.
Menurut Ichwan, sebelum letusan gunung, masyarakat Karo sendiri mengalami kebangkrutan budaya dalam memelihara warisan peradaban mereka. Terbukti banyak rumah tradisional yang hancur tanpa perawatan.
βDi tengah-tengah luncuran debu erupsi, harusnya ada lembaga yang menyelamatkan penggalan jejak peradaban Karo di kaki Gunung Sinabung ini,β katanya.
Ichwan berharap ada lembaga atau perorangan yang terpanggil untuk melakukan gerakan kultural ini. Pasalnya, lembaga pemerintahan terkait masih belum memprioritaskan masalah ini.
(rul/mpr)