Puisi tersebut kini diabadikan di Museum Marinir Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (12/2/2014). Ditulis dalam kertas yang sudah pucat, puisi itu tetap bisa dibaca jelas karena terbungkus dalam kotak kaca.
Berikut isi puisi tersebut:
PATAH TUMBUH HILANG BERGANTI untuk OESMAN dan HARUN
Kau begitu muda
dalam ukuran usia manusia
diam tiada gaduh
kau bergerak dan tumbuh
mendadak sontak kau kedjutkan
geger seluruh nusa
tersentak dunia karena kehilanganmu
Kuingat bunga sakura
dalam segala keagungannja
mekar sehari dua
dari tiada
hilang lenjap kembali ketiada
Kuingat melati sutji
putih mekar rendah dibumi
semerbak merias persada bunda
kekal abadi
tiada mengharap ganti rugi
Djiwamu jang besar kawan
djiwamu jang agung
Kau tunaikan tugas
bukan akibat jang kau risaukan
tugas sulit untuk pertiwi
djiwa raga kau kurbankan
Kau digantung kawan
badanmu mati, djasmanimu dikuburkan
tetapi,....................
semangatmu tetap hidup
djiwamu bersama kami
Keagungan, pengorbananmu
makin menginsjafkan dan menjalankan api didada
bukan satu dua
namun beratus-ribu, berdjuta-djuta
Pergilah dengan tenang, kawan
'kan kami teruskan perdjuangan
bak melati dalam mengabdi
bila perlu gugur sebagai sakura
..................untuk NUSA
..................untuk BANGSA
15 Nopember 1968
Bambang Widjanarko
Kolonel KKO
(mad/nwk)