Hal itu ditandai dengan sikap Perdana Menteri Lee Kuan Yew melakukan tabur bunga pada 1973 silam di makam dua pahlawan nasional tersebut.
"Ini kan sudah selesai hampir 50 tahun, sangat disayangkan kalau ini dipersoalkan kembali," kata Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Laksamana Muda (Laksda) Iskandar Sitompul saat berbincang dengan detikcom, Senin (10/2/2014).
Seharusnya pihak Singapura mencontoh sikap yang ditunjukan oleh Pemerintah Belanda ketika Indonesia membeli, merakit, serta menamai kapal perangnya dengan KRI Diponegoro.
"Kita punya kapal yang dibuat, dibeli, di Belanda. Kita namai KRI Diponegoro. Sementara pahlawan Diponegoro adalah orang yang membandel dengan Belanda, bermusuhan dengan Belanda. Diupacarakan di Belanda dan mereka juga ikut upacara," dia mencontohkan.
TNI tidak mempersoalkan bila dua sosok pahlawan Indonesia itu dicap sebagai teroris di negara bekas persemakmuran Inggris itu.
"Dia (Singapura) boleh anggap kita teroris, kita harus tanggapi itu dengan hati panas dan kepala dingin," ujarnya.
(ahy/dnu)