Hasan, yang menjadi tokoh masyarakat Kelurahan Tangki, dengan nada bangga mengungkapkan Kampung Tangkiwood sangat beken pada kurun 1950 hingga 1970-an.
Pada saat itu, para artis tersebut sering nongkrong di pinggir-pinggir jalan jika sedang tidak ada kegiatan atau show di luar. Mereka juga sering menggelar pertunjukan di Taman Hiburan Rakyat Lokasari yang dulu berada di sebelah kawasan tersebut.
“Waktu itu zamannya (Gubernur) Ali Sadikan, disebut Tangkiwood karena tempat kumpulnya bintang film," kata Hasan yang juga menjabat sebagai ketua RW 04.

Teman mengaji Laela Sari waktu kecil ini menuturkan para artis ngetop itu juga tinggal di Kampung Tangki. Mereka sering nongkrong di pinggir jalan. Namun sekarang satu-satunya yang tinggal di sini hanya Laela Sari. Selebihnya, ada yang pindah dan ada yang sudah meninggal.
"Dulu mereka sering main juga di Taman Hiburan Rakyat Lokasari. Tamannya sudah gak ada, dulu di situ sering ada lenong dan lain-lain,” ujar pria berusia 78 tahun.
Bahkan pada saat itu, menurut kakek 15 cucu ini, anak-anak warga setempat juga sering diajarkan kesenian seperti kesenian Betawi berupa Lenong. Beberapa tokoh lenong Tangkiwood seperti Karlan Saidi juga tinggal di daerah tersebut.
"Lenong layar satu, masuk dan keluarnya dari situ. Dulu Pak Karlan pakarnya lenong, ada Pak saidi, sudah meninggal, gak ada penerusnya, sudah habis keseniannya,” kata Ayah tujuh anak ini dengan nada lirih.
Sebagai warga asli Kelurahan Tangki, Hasan mengungkapkan kesedihannya karena semakin hilangnya budaya seni tradisional tersebut. Seiring berakhirnya era Tangkiwood sebagai kampung artis, kesenian-kesenian Betawi juga berangsur hilang dan sama sekali tidak tersisa di Kelurahan Tangki.
“Sedih, sudah gak ada keseniannya, gak ada lagi yang ngelenong. Ada rindu juga dengan zaman itu. Sekarang sudah gak ada, ngarepin juga sudah ya gak mungkin,” tuturnya dengan mata yang menerawang jauh.
(idh/brn)