Ia datang dari arah Pasar Cikutra, lalu memarkirkan sepedanya tak jauh dari lokasi. Dengan memakai kemeja kotak-kotak, dibalut blazer biru dan celana jeans biru, ia berjalan memantau kondisi sekitar. Langkah kakinya pun terhenti saat melihat tumpukan sampah pertama di dekat Pos Polisi Cicadas.
Tumpukan sampah tersebut lebarnya hampir memakan setengah badan jalan, dengan panjang sekitar tiga meter. Melihat kondisi tersebut, alisnya berkerut. Didampingi Camat Cibeunying Kidul Deny Sani, ia meneruskan langkahnya ke seberang jalan yang menuju ke arah Pasar Cicadas. Di sana ia menemukan lagi tumpukan sampah. Tak hanya sampah rumah tangga saja, kasur bekas hingga kursi rusak pun
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia lalu melihat petugas kebersihan yang sedang ada di lokasi. Kemudian ia meminta stafnya untuk memanggil petugas sampah tersebut.
"Coba panggil itu petugas sampah," ujar Emil.
Seorang petugas sampah bernama Risman menghampiri Emil, ia kemudian mengatakan bahwa ia sudah memberi tahu petugas sampah kewilayahan agar tidak membuang sampah ke pinggir jalan, tapi tetap membandel.
"Ini bukan hanya warga saja pak, tapi petugasnya juga yang suka buang sampah ke sini, bukan ke TPS. Petugasnya bandel," ujar Risman.
Emil kemudian meminta pihak Kecamatan Cibeunying Kidul, Cibeunying Kaler dan Kiaracondong untuk merapatkan masalah sampah tersebut.
"Besok pagi ya, kita rapat. Saya ingin masalah ini cepat selesai," ujar Emil.
Raut wajah Emil terlihat kesal karena melihat beberapa titik tumpukan sampah, ia pun kemudian menelepon Camat Kiaracondong terkait tumpukan sampah di wilayahnya.
"Pak Camat ini gimana ada tumpukan sampah di depan eks Matahari. Besok menghadap saya ya," tegas Emil.
Sambil berlalu, Emil berseloroh. "Ini sekalian saja saja sampai ke tengah jalan," ujar Emil kesal.
(avi/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini