Seminar ini diselenggarakan oleh Forum Masyarakat Tionghoa dan Alumni FISIP'87 di Gedung Candra Naya, Jl. Gajah Mada, Jakarta Pusat. Pembicara yang dihadirkan adalah Ketua Forum Masyarakat Tionghoa (FORMAT) Idris Sutarji, budayawan Jaya Suprana, caleg PDIP Charles Honoris, politikus PAN Alvin Lie, pakar sosial media Politicalwave Sonny Subrata dan wartawan senior Budiarto Shambazy.
"Kriteria calon presiden bagi warga Tionghoa ada 3, mampu memberikan rasa aman. Mampu memberikan rasa nyaman, mampu hadir sebagai simbol penyatu keberagaman, dan mampu menjamin stabilitas ekonomi. Harus bisa menjadi stimulus dan magnet kemajuan ekonomi nasional. Dan menurut saya kriteria itu ada pada Bapak Joko Widodo," kata caleg PDIP Charles Honoris, Sabtu (25/1/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jokowi ini fenomena, padahal dia tidak keliling atau mengiklankan, belum ada partai yg bilang dia akan mengusung. Ini karena publik suka. Kalau sudah fenomena, sulit dibendung," kata Alvin.
Sementara itu, budayawan Jaya Suprana punya pesan-pesan tersendiri untuk Jokowi.
"Tahta presiden penuh dengan virus amnesia. Kita harapkan setelah Jokowi terpilih jadi presiden. Jokowi jangan sampai terjangkit virus amnesia," ujar Jaya.
Panitia seminar menyebar kuesioner kepada peserta tentang calon presiden pilihan mereka. Dari 123 kuesioner yang terkumpul, sebanyak 57% peserta menyebutkan Joko Widodo sebagai capres pilihan mereka.
Peringkat selanjutnya diduduki oleh Prabowo (8,9%), Basuki T Purnama (8,1%), Dahlan Iskan (5,7%), dan Megawati (4,2%). Nama-nama lainnya tidak disebutkan hasilnya. Tidak semua peserta seminar merupakan etnis Tionghoa.
(van/van)