"Memang banjir Manado sangat dahsyat, walau tahun lalu kami juga banjir tapi tidak setinggi itu. Tolak ukurnya adalah kantor Wali Kota terendam. Kalau dia terendam maka yang lain terendam. Hampir 75 persen area kita terendam," kata Pakar Lingkungan Hidup Universitas Sam Ratulangi Manado, Dr Veronica Kumurur.
Hal itu disampaikan dalam diskusi 'Bencana dan Kita' di Warung Daun, Jalan Cikini Raya, Jakpus, Sabtu (18/1/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang saya temui bentang alam sudah ditebang padahal itu drainase alami. Kota Manado punya kawasan tangkapan air. Gunung-gunungnya mulai ditebang diganti pemukiman, dan diganti industri," paparnya.
Menurutnya, topografi Kota Manado berada di antara gunung dan pantai yang jaraknya dekat. Sementara selain gunung sebagai resapan air menjadi gundul, juga karena belasan sungai tinggal 4 sungai tersisa.
"Ada 4 sungai besar, yang kecil-kecil sudah tertutup. Manado punya gunung dan pantai yang jaraknya dekat. Sehingga mereka kira tsunami (banjir) Manado kemarin dari laut, padahal dari gunung," ucapnya.
"Apalagi ombak pantai sangat kencang dan memperlambat aliran sungai ke muara sungai," imbuh Veronica.
Ia memaparkan ada data yang bisa dilihat melalui google earth terkait perubahan kawasan hijau menjadi gundul di Manado dari hutan menjadi pemukiman dan industri.
"Google earth punya data dari (kawasan) ijo, cokelat menjadi merah. 50 persennya sudah teralihfungsikan. Kalau tetap dibiarkan maka akan akan tenggelam Manado," ucapnya.
(bal/nal)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini