Ketua Harian PD Syarief Hasan meminta agar para peserta konvensi capres PD untuk tak gentar berkompetisi dengan Jokowi. Mereka masih punya harapan untuk mengalahkan Jokowi.
"Tidak lah takut dengan elektabilitas Jokowi, mereka tetap optimis akan lebih unggul," ujar Syarief di Sekretariat Konvensi PD, Jl. Pati Unus No 75, Jakarta Selatan, Rabu (8/1/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini membuat 'kesebelasan' konvensi capres PD pun angkat bicara. Mereka bicara dari yang tak mau komentar sampai mendorong agar Jokowi dicapreskan PDIP.
1. Enggan Komentar
|
"Saya belum tahu apakah Jokowi menjadi capres PDIP dan apakah saya dapat menjadi capres PD. Saya akan komentari setelah nanti kedua-duanya jelas menjadi capres," ujar Dahlan dalam 'Meet the Press Peserta Konvensi PD' di Jl. Pati Unus No 75, Jakarta Selatan, Senin (6/1/2014).
Sementara itu peserta Konvensi capres PD Hayono Isman mengakui bahwa dirinya belum bergaung di publik. Dalam jumpa pers yang diselenggarakan komite konvensi, dia pun mengakui bahwa Gubernur DKI Jakarta Jokowi jauh lebih moncer.
"Orang lain sudah punya rezekinya masing-masing. Saya tak mau komentari kesuksesan orang lain. Buat saya sekarang ini adalah bagaimana saya bisa bergaung. Salah satunya ya saya akan senyum ke wartawan dan publik," ujar Hayono.
2. Mencibir
|
"Era sekarang ini memang aneh, orang yang terkenal menjadi salah satu pilihan masyarakat hanya karena sering masuk media. Padahal kan seharusnya yang dilihat itu rekam jejaknya,"
jawab Endriartono dalam acara 'Meet the Press Peserta Konvensi' di Jl. Pati Unus No 75, Jakarta Selatan, Senin (6/1/2014).
Bahkan mantan Dubes RI untuk AS yang juga ikut ajang tersebut, Dino Patti Djalal pun menganggap popularitas mudah diraih di Indonesia. Dengan demikian semua orang bisa seperti Jokowi.
"Rakyat Indonesia memiliki 'short memory', sehingga lebih senang dengan orang-orang baru. Akan sangat mudah dari 'nobody' menjadi 'somebody', seperti halnya Jokowi. Siapa dulu yang kenal Jokowi? Tapi dengan cepat popularitasnya sangat tinggi," ujar Dino dalam 'Meet the Press' di Sekretariat Konvensi, Kamis (9/1/2014).
3. Tak Penting dan Biasa Saja
|
"Buat saya elektabilitas tinggi seperti itu (Jokowi) nggak penting. Saya tak perhatikan popularitas. Saya maju berdasarkan panggilan hati," ujar Irman di Sekretariat Konvensi, Rabu (8/1/2014).
Rekannya sesama parlemen sekaligus kompetitor dalam konvensi, Marzuki Alie menyebut bahwa tingginya elektabilitas Jokowi di sederetan survei merupakan dampak dari demokrasi prosedural. Ketua DPR RI ini meminta rekan-rekannya sesama peserta konvensi untuk tak memikirkan hal tersebut.
"Seolah-seolah hasil survei itulah yang menguntungkan, demokrasi itu keniscayaan adalah kompetisi. Tapi elite-elite kita terbawa dengan demokrasi yang prosedural, bagaimana membangun persepsi citra kerjanya dibangun, tapi tidak ada bicara hal yang substantif," tutur Marzuki, Kamis (9/1/2014).
4. Mencermati dan Menghormati
|
"Saya menghormati Pak Jokowi. Seringkali saya ditanyai soal menghadapi Jokowi, saya fokus untuk memenangkan konvensi terlebih dahulu," ujar Gita di Sekretariat Konvensi PD, Jl. Pati Unus No 75, Jakarta Selatan, Selasa (7/1/2014).
Begitu pula dengan peserta Konvensi PD Ali Masykur Musa yang mengakui elektabilitasnya masih sangat rendah. Ali pun menaruh hormat kepada figur yang memiliki elektabilitas sangat tinggi di luar peserta konvensi.
"Saya menaruh perhatian kepada Pak Jokowi (Gubernur DKI Jakarta) yang diunggulkan masyarakat. Saya juga menghormati yang lainnya seperti Pak Aburizal Bakrie, Bu Mega, Pak Prabowo, Rhoma Irama, dan Mahfud MD," ujar Ali.
Sementara itu mantan Dubes RI untuk AS Dino Patti Djalal mengaku senang melihat kemonceran Jokowi. Dino pun mengaku pernah bertukar pikiran dengan Jokowi. Dino menilai Jokowi sebagai pemimpin yang berkualitas.
"Saya senang melihat Jokowi populer. Karena sebagai reformis, kita memiliki tujuan yang sama yakni mengembalikan kepercayaan publik terhadap demokrasi dan politik," tutur Dino di Sekretariat Konvensi, Kamis (9/1/2014).
5. Membuka Peluang Duet
|
"Berpasangan dan lainnya itu bisa saja terjadi. Tapi kalau saya bicara sekarang itu terlalu pagi," tutur Pramono di Sekretariat Konvensi, Rabu (8/1/2014).
Berbeda dengan Pramono, Gubernur Sulawesi Utara yang mengikuti konvensi capres PD Sinyo Harry Sarundajang pun terang-terangan mengajak Jokowi merapat. Namun dia menegaskan tak akan menjadi wakil bila berduet.
"Saya rasa Jokowi bisa menjadi wakil saya kalau begitu. Saya kan menjadi peserta konvensi capres, bukan cawapres," ujar Sinyo Harry.
Sementara itu peserta konvensi termuda Anies Baswedan justru mendorong Jokowi agar segera dicapreskan PDIP. Setelah itu dirinya akan mempertimbangkan untuk merapat atau tidak ke Jokowi.
"Ya, mudah-mudahan Pak Jokowi jadi Capres PDIP. Setelah itu baru saya komentar apakah akan berdampingan atau tidak," ujar Anies dalam Meet the Press Peserta Konvensi PD di Sekretariat Konvensi, Kamis (9/1/2014).
Halaman 2 dari 6