Mendekati penutupan terminal Lebak Bulus untuk rute luar kota pada tanggal 6 Januari 2014 nanti, para sopir bus masih belum bisa menerima kebijakan ini. Mereka mengaku mendukung adanya MRT namun menolak untuk dipindahkan.
Berdasarkan pantauan detikcom, Kamis (2/1/2014), beberapa spanduk dipasang di sekitar terminal Lebak Bulus. Spanduk milik Koperasi Wahana Bis Antar Kota (Kowan Bisata) itu menyerukan penolakan warga Lebak bulus dan anggota Kowan Bisata akan rencana penutupan terminal AKAP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah seorang sopir bus Agramas, Dahlan, mengaku setuju dengan ide pembangunan MRT. Namun ia juga menuntut pemerintah memperhatikan semua unsur rakyat, termasuk para sopir yang akan dipindahkan ini.
"Katanya kita disuruh pindah ke Kampung Rambutan. Tapi di sana kan sudah ada orang operator yang sama juga, nanti numpuk dong, kita nganggur. Kita juga rakyat, nasib kita bagaimana," kata Dahlan yang menyopiri bus jurusan Sukabumi - Lebak Bulus ini.
Pendapat yang sama diungkapkan oleh pengurus operator bus Agramas di Lebak Bulus, Sisman. Menurutnya, MRT adalah proyek yang bagus tapi pemerintah tidak boleh mengabaikan nasib para sopir.
"MRT itu bagus. Tapi solusinya untuk mereka yang disini harus ada juga. Mereka menolak dipindah ke tiga terminal yang jauh itu," kata Sisman.
Mulai tanggal 6 Januari 2014, terminal Lebak Bulus akan ditutup dari rute luar kota karena akan dimulai pembangunan Mass Rapid Transportation (MRT). Rencananya, rute bus yang tadinya mengarah ke Lebak Bulus akan dialihkan ke tiga terminal utama lainnya.
"Nanti Kalideres untuk tujuan Banten dan Sumatera. Kampung Rambutan untuk jarak dekat dan menengah, seperti Cirebon, Sukabumi, Jawa Tengah. Kalau Pulogadung untuk jarak jauh yaitu Jawa Timur, Bali, NTB," kata Kepala Terminal Lebak Bulus, Adjmain.
(gah/gah)











































