Tak Sengaja Potong Penis Bayi, Rabi Yahudi di AS Terancam Bui

Tak Sengaja Potong Penis Bayi, Rabi Yahudi di AS Terancam Bui

- detikNews
Senin, 30 Des 2013 13:40 WIB
Rabi Mordechai Rosenberg (news.com.au)
Pennsylvania - Seorang rabi umat Yahudi di Pennsylvania, Amerika Serikat, terancam dipenjara atas insiden yang terjadi saat ritual penyunatan. Rabi berusia 54 tahun ini tidak sengaja memotong penis bayi laki-laki yang baru lahir, saat hendak menyunatnya.

Rabi Mordechai Rosenberg digugat secara hukum oleh orangtua si bayi. Dalam insiden yang terjadi pada 28 April lalu, Rosenberg bertugas melakukan ritual sunat secara keagamaan terhadap seorang bayi yang baru berusia 8 hari.

Ritual semacam ini memang masih dipraktikkan oleh penganut Yahudi di AS. Namun hanya diperkenankan dilakukan oleh seorang rabi, atau yang juga pendeta umat Yahudi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sunat secara medis oleh dokter, yang biasa dilakukan di rumah sakit, tergolong tidak valid menurut hukum Yahudi," demikian bunyi peringatan dalam situs milik Rosenberg, seperti dilansir news.com.au, Senin (30/12/2013).

Tehadap gugatan hukum ini, Rosenberg menanggapi dengan tenang dan tetap melakukan praktik sunat. Namun dia menyebut insiden tersebut memang sangat tragis.

"Saya terlatih dalam hal ini," ucapnya kepada media setempat, KDKA.

Orangtua si bayi melarikan anaknya ke rumah sakit setempat setelah insiden ini terjadi. Sang bayi harus menjalani operasi microsurgery selama 8 jam untuk menyambung kembali penisnya yang terpotong. Prosedur ini cukup melelahkan dan rumit karena membutuhkan enam kali tranfusi darah.

Tidak hanya itu, sang bayi juga harus menjalani perawatan di rumah sakit selama 3 bulan setelah operasi selesai dilakukan. Juru bicara pihak rumah sakit menuturkan, operasi yang dilakukan terhadap sang bayi tergolong sangat berisiko.

"Terkadang, operasi semacam itu tidak selalu berhasil. Ketika Anda berusaha memasang bagian yang menyertakan otot tubuh, terkadang otot tidak bisa bisa pulih setelah disambung kembali. Jadi tentu ada batasannya," jelas juru bicara tersebut.

Sunat memang tidak diwajibkan dilakukan di wilayah AS. Namun masih kerap dilakukan dengan didasarkan pada ritual keamanan dan bukan prosedur medis. Akademi Dokter Anak Amerika mencatat, satu dari 500 bayi yang baru lahir dan menjalani sunat, mengalami insiden.

(nvc/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads