Berikut 3 kisah polisi yang menolong warga tanpa pamrih, hingga disebut sebagai 'penerus' Hoegeng, seperti yang dirangkum detikcom, Senin (23/12/2013):
1. Personel Patroli Polda Metro
|
Ali sudah lupa dengan tanggal kejadian. Kira-kira tahun 2004. Cerita berawal saat Ali dan temannya melintas di Jl Rasuna Said sekitar pukul 11.00 WIB. Tiba-tiba mobilnya macet, bahkan mati total. Ada masalah kelistrikan. Mobil sama sekali tidak bisa hidup.
"Saya panik karena itu menjelang jam sibuk dan mobil saya mulai menyebabkan kemacetan," katanya melalui surat elektronik kepada detikcom, Minggu (22/12/2013) kemarin.
Lalin yang tersendat menarik perhatian polisi sekitar. Dua personel patroli dari Polda Metro Jaya datang dengan menggunakan mobil. Mereka turun dan menyarankan agar Pak Ali memanggil derek. Pak Ali menolak dengan alasan biaya derek.
Dua polisi yang tak diketahui namanya itu kemudian menanyakan apakah Ali memiliki tali. Untungnya ada. Mobil berikut Pak Ali ditarik hingga ke area taman di samping Balai Kartini. Kemudian polisi meminta SIM dan STNKΒ Ali.
"Saya pikir mau ditilang, tapi dia bilang hanya untuk pelengkap data laporan saja," kata pria yang tinggal di Cibinong ini.
Selesai menarik mobil dan mencatat SIM dan STNK, 2 polisi itu hendak pergi. Ali refleks merogoh kantong dan segera memberikan uang bensin sebagai ucapan terima kasih, tapi polisi itu menolak. Ia tidak yakin dengan sikap itu.
"Saya pikir dia malu karena ada komandannya, lalu saya datangi komandannya dan saya kasih uang. Juga ditolak. Saya terharu dan tidak bisa melupakan kejadian itu," kata pria kelahiran Palembang ini ketika dikonfirmasi melalui telepon.
2. Polisi Polsek Tanah Abang
|
Adalah Bobi, nama warga tersebut. Pegawai swasta yang berkantor di bilangan Jl MH Thamrin ini baru menyadari ketika telepon genggam yang biasa berada di saku celananya tidak ada setelah turun dari Bajaj, Sabtu (21/12/2013), sekitar pukul 18.00 WIB.
Bobi akhirnya berpikir bagaimana caranya agar telepon yang berisi data-data pekerjaan dan kerabat itu dapat kembali ke tangannya. Akhirnya, dia mendatangi Polsek Tanah Abang, di Jalan Karet Pasar Baru Barat. Kelurahan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
"Awalnya saya pesimis, apakah polisi mau membantu mencari HP saya yang hilang, di tengah kesibukan anggota Polsek yang fokus menjaga Kamtibmas Natal dan Tahun Baru. Apalagi ini hilang, bukan kecopetan, atau kasus jambret, tetapi ketinggalan di Baja di daerah Sarinah," tulis Bobi dalam surat elektronik yang diterima detikcom, Minggu (22/12/2013) kemarin.
Sesampainya di Polsek Tanah Abang, Bobi langsung berhadapan dengan Ipda Rahmat. Dia menceritakan peristiwa nahas yang menimpanya itu. Dia pun menjelaskan kondisi telepon genggamnya dimana teknologi GPS tersambung dengan laptopnya.
Ipda Basuki pun akhirnya menyanggupi menolong Bobi. Dia dibantu seorang staf Polsek berkeliling Jakarta mencari telepon genggam dengan menggunakan ojek.
Usaha gigih ketiganya rupanya membuahkan hasil. Sinyal GPS menunjukan posisi telepon tersebut di sebuah kawasan padat penduduk di wilayah Petamburan, sekitar pukul 00.00 WIB.
Telepon tersebut rupanya berada di rumah kontrakan si sopir Bajaj, dan mengakui telah menemukan telepon tersebut di jok penumpang Bajaj yang dikendarainya. "Saya bingung cara pakainya," kata Bobi menirukan ucapan sopir tersebut.
Bisa jadi karena tidak tahu menggunakan telepon tersebut, Bobi selalu mendapati tidak ada respon dari yang menemukan ketika dia berupaya menghubungi teleponnya.
Laki-laki asal Bandung ini akhirnya dapat bernafas lega. Telepon genggam berikut data-data yang diperlukannya dapat kembali dengan utuh. Yang membuatnya bangga adalah ketika personel polisi dan staf Polsek Tanah Abang itu tidak meminta sepeser pun 'uang lelah' menelusuri jejak handphone.
3. Polisi Kembalikan Gaji Karyawan
|
Peristiwa itu terjadi sekitar 4-5 tahun lalu. Luthfi yang tinggal di Semarang minta tolong pacarnya mengambilkan uang di ATM Rp 1.250.000. ATM macet, tapi saldo sudah terpotong. Luthfi dan pacarnya panik.
"Lemas saya. Uang gaji saya hampir tak bersisa," katanya melalui surat elektronik kepada detikcom, Minggu (22/12/2013).
Luthfi 'komplain' ke pihak bank, tapi tidak diterima. Beberapa hari kemudian, seorang teman mengabarkan seseorang menulis surat pembaca di koran dan mengaku menemukan uang Rp 1.250.000 di ATM tempat pacar Luthfi mengambil uang. Tanggal penemuan sama persis. Luthfi menduga, saat ATM macet, kartu keluar duluan, baru disusul uangnya. Nah, pacar Luthfi pergi sebelum uang keluar.
Berbekal print out transaksi ATM, Luthfi mendatangi alamat penemu uang, yakni kantor polisi. Dia diterima dengan baik dan diarahkan ke seorang anggota polisi yang menulis surat pembaca di koran tersebut. Pria yang akhirnya menikahi sang pacar ini menceritakan kronologi tersedotnya uang di ATM.
"Polisi itu mengakui menemukan uang sejumlah uang yang diambil pacar saya. Karena tidak tahu identitas pemilik uang, ia mengumumkan ke radio. Kemudian ia baru menulis surat pembaca," jelasnya.
Polisi yang tak sempat ditanya namanya itu memberikan amplop berisi uang yang ditemukannya ke Luthfi. Isinya utuh: Rp 1.250.000. Luthfi memberikan sebagian uang itu ke polisi sebagai ucapan terima kasih.
"Tapi beliau menolak. Akhirnya ucapan terima kasihnya hanya jabat tangan. Ternyata masih ada polisi jujur," katanya.
Halaman 2 dari 4