"Dalam hal budaya, biasanya anak laki-laki yang membawa nama sebuah klan. Tapi kenapa harus laki-laki? Apa perempuan tidak bisa?" kata Megawati saat bicara pada peringatan hari Ibu di GOR Otista, Jl Otto Iskandar Dinata, Jakarta, Minggu (22/12/2013).
Menurut Megawati, perempuan juga punya kapasitas memimpin. Tak selayaknya kemampuan perempuan itu dihalang-halangi tradisi yang kontraproduktif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirinya menilai kaum perempuan punya nilai plus dalam memimpin keluarga, bangsa, dan negara. Dirinya mencontohkan betapa figur seorang ibu akan selalu lebih dirindukan anaknya ketimbang seorang bapak.
"Allah SWT telah meletakkan kepada kaum perempuan hal-hal yang tidak ada pada kaum laki-laki. Kalau anak-anak kehilangan Ibunya, beda dengan kehilangan seorang bapak. Anak pasti akan merasa kesepian jika ditinggal ibunya," tutur Megawati.
Perempuan yang berani keluar memimpin sektor publik juga harus menyempatkan diri memperhatikan anak-anaknya. Mega berujar, dirinya masih sempat mengurusi anaknya meski dirinya menjadi politisi.
"Saya masih bisa mengurusi Mbak Puan. Pagi-pagi saya sudah sisiran, sementara Almarhum (suaminya) masih tidur. Saya bilang, 'Duduk kamu (Puan), sarapan. Saya beri telur, susu kacang hijau'. Saya tunggui kalau mau brangkat ke sekolah, saya kasih vitamin, saya suapi. Itu puluhan tahun," ujar Megawati.
(dnu/mad)