Pak Ali mengaku lupa dengan tanggal kejadian. Kira-kira tahun 2004. Cerita berawal saat Pak Ali dan temannya melintas di Jl Rasuna Said sekitar pukul 11.00 WIB. Tiba-tiba mobilnya macet, bahkan mati total. Ada masalah kelistrikan. Mobil sama sekali tidak bisa hidup.
"Saya panik karena itu menjelang jam sibuk dan mobil saya mulai menyebabkan kemacetan," katanya melalui surat elektronik kepada detikcom, Minggu (22/12/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua polisi yang tak diketahui namanya itu kemudian menanyakan apakah Pak Ali memiliki tali. Untungnya ada. Mobil berikut Pak Ali ditarik hingga ke area taman di samping Balai Kartini. Kemudian polisi meminta SIM dan STNK Pak Ali.
"Saya pikir mau ditilang, tapi dia bilang hanya untuk pelengkap data laporan saja," kata pria yang tinggal di Cibinong ini.
Selesai menarik mobil dan mencatat SIM dan STNK, 2 polisi itu pergi. Pak Ali refleks merogoh kantong dan segera memberikan uang bensin sebagai ucapan terima kasih, tapi polisi itu menolak. Ia tidak yakin dengan sikap itu.
"Saya pikir dia malu karena ada komandannya, lalu saya datangi komandannya dan saya kasih uang. Juga ditolak. Saya terharu dan tidak bisa melupakan kejadian itu," kata pria kelahiran Palembang ini ketika dikonfirmasi melalui telepon.
Sejak itu, Pak Ali yang tinggal di Cibinong Bogor ini memiliki sikap berbeda terhadap polisi. Dia yakin di antara sekian banyak polisi yang menyalahgunakan profesi, masih ada yang bekerja tulus. Dia berharap sikap 'mengabdi' polisi akan terus ada dan kian jadi budaya di tubuh korps baju cokelat itu.
(try/mad)