PKB: Antara Rhoma Irama atau Mahfud MD
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

PKB: Antara Rhoma Irama atau Mahfud MD

Rabu, 18 Des 2013 17:30 WIB
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Jakarta - PKB melalui Ketua Umumnya, Muhaimin Iskandar, menegaskan bahwa PKB menetapkan Haji Rhoma Irama sebagai Capres PKB menghadapi Pilpres 2014. Muhaimin Islandar mengatakan, Mahfud MD juga diberi ruang untuk tampil sebagai Capres PKB, namun ternyata Mahfud MD tidak ada dinamika yang konkrit untuk menjadi Capres PKB.

Sehubungan dengan perkembangan dengan langkah PKB Jawa Tengah yang mendukung pencapresan Mahfud MD tersebut, dinilai penting Muhaimin Iskandar juga mengambil langkah-langkah untuk mencegah terjadinya perpecahan dan kebingungan massa PKB pada tingkat bawah. Untuk itu sebaiknya, DPP PKB memutuskan Capres PKB akan ditentukan kembali setelah Pemilu Legislatif April 2014.

Pengurus DPW PKB Jateng deklarasikan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD sebagai Capres 2014. Partai pimpinan Muhaimin Iskandar atau kerap disapa Cak Imin ini juga sudah mendeklarasikan Rhoma Irama sebagai Capres.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahfud mengatakan tidak masalah dirinya disebut sebagai pesaing Rhoma Irama. Sebab, keputusan final capres yang akan diusung PKB dilakukan setelah pileg.

"Ya tidak apa-apa karena proses penetapan yang sesungguhnya sesudah pileg, pada 9 April baru akan ada keputusan sesungguhnya dari partai. Sekarang semua kemungkinan supaya digunakan pimpinan PKB untuk mendapatkan dukungan masyarakat harus dilakukan semuanya," ujar Mahfud di Kompleks Pondok Pesantren (Ponpes) API Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang dipimpin oleh KH Yusuf Chudlori atau akrab disapa Gus Yusuf.

Mahfud menjelaskan, PKB berhak memunculkan nama lain supaya semua lapisan masyarakat tahu dan mendengar. Kemudian akan ditentukan siapa ikon yang layak di PKB untuk maju sebagai capres 2014 nanti.

"Termasuk memunculkan nama-nama calon supaya masyarakat mendengar. Ini lho orang yang bergabung ke PKB. Ada Rhoma Irama, ada Mahfud MD, ada Jusuf Kalla. Saya malah usul ditambah lagi diperbanyak. Supaya semua segmen masyarakat itu mempunyai ikon. Lalu nanti menentukan pilihan pada 9 April sesudah itu fakta yang akan memproses tokoh-tokoh yang paling pas," kata dia.

Dia mengaku sudah mendapatkan strategi untuk kampanye. Seperti masuk ke beberapa kelompok-kelompok pengajian, masuk ke pesantren-pesantren dan seluruh elemen organisasi sayap dan kepanjangan dari PKB. Hal itu dilakukan karena dirinya sadar tak memiliki keuangan yang menunjang untuk kampanye lewat iklan di media. (merdeka.com tanggal 15 Desember 2013)

Menurut Survei

Lembaga Survei Nasional mengadakan survei pada 26 Februari-15 Maret 2013 di 33 provinsi dengan jumlah responden sebanyak 1.230 orang. Survei dilakukan dengan metode teknik pencuplikan rambang berjenjang dan proporsional terhadap jumlah penduduk di setiap provinsi.

Simpangan kesalahan survei sebesar 2,8 persen dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka dengan berpedoman pada kuesioner. Survei ini dilengkapi dengan wawancara mendalam dan analisis media.

Menurut survei LSN, tingkat elektabilitas Golkar, Gerindra, dan Hanura masing-masing sebesar 19,2 persen, 11,9 persen, dan 6,2 persen. Keempat partai ini unggul jauh dibandingkan dengan partai koalisi pemerintah, yaitu Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Persatuan Pembangunan.

Salah satu faktor penyebab merosotnya persepsi publik terhadap partai koalisi adalah merosotnya kinerja pemerintah. Umar menyatakan publik menilai kinerja pemerintah SBY relatif baik untuk dua sektor, yaitu kesehatan dan pendidikan. Akibatnya, partai oposisi kebanjiran simpati dari pemilih.

Hasil survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia bertajuk β€œPolitik Uang” yang dikemukakan Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi dalam jumpa pers di kantornya Jl Cikini V No 15 A Jakarta Pusat pada 12 Desember 2013 menyebutkan, massa PKB paling terbuka dalam urusan politik uang atau money politics, di mana 47% massa PKB bersedia menerima money politics, PDIP, Nasdem dan Gerindra (46% bersedia menerima money politics), PPP (43%), Hanura (42%), Demokrat dan Golkar (39%), PAN (38%) dan PKS (36%).

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Malik Haramain meragukan hasil-hasil survei yang dipublikasikan belakangan ini. Pasalnya, Malik melihat hasil survei itu lebih banyak menyesatkan dan tak obyektif lagi.

"Lembaga survei sudah tidak obyektif. Banyak yang menjadi corongnya kekuatan politik tertentu. Hasil survei cenderung tendensius dan menyesatkan serta tidak bisa dipertanggungjawabkan secara akademik," ujar Malik di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (22/10/2013).

Sebelumnya pada Minggu (20/10/2013), LSI milik Denny JA melansir hasil survei yang menempatkan Ketua Umum Golkar Aburizal "Ical" Bakrie, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, dan capres dari hasil konvensi Partai Demokrat sebagai capres riil. Ketiganya dianggap mampu mendulang perolehan suara dalam Pemilu untuk memajukan capres.

Sementara Jokowi dan Prabowo oleh survei LSI dianggap sebagai capres wacana dengan asumsi Jokowi tidak dimajukan PDI-P dan Prabowo tidak bisa maju, karena suara Partai Gerindra rendah.

Hasil survei ini menimbulkan pertanyaan. Alasan tidak memasukkan nama Jokowi dan Prabowo pun terkesan janggal. Belakangan diketahui bahwa LSI adalah langganan Partai Golkar. (kompas.com tanggal 22 Oktober 2013).

Masih Bingung dan Rawan Perpecahan

Muhaimin Iskandar sadar bahwa PKB yang dipimpinnya memerlukan seorang tokoh yang dapat menjadi daya tarik massa pemilih untuk memungkinkan PKB mempunyai kursi yang cukup di DPR. Rhoma Irama jelas mempunyai potensi menjadi Mahfud MD adalah tokoh hebat tetapi penampilannya sebagai bakal Capres PKB tidak menonjol, demikian pula figur JK yang statusnya masih politisi Partai Golkar langkahnya untuk menjadi Capres PKB bahkan belum ada.

Oleh sebab itu PKB berpendapat seorang tokoh yang popularitas dan elektabilitasnya bisa mempengaruhi popularitas dan elektabilitas PKB hanyalah Rhoma Irama yang meskipun masih berstatus sebagai kader PPP, tetapi dengan tegas telah mengintegrasikan dirinya ke dalam PKB melalui tekadnya untuk menjadi Capres PKB.

Figur inilah yang menurut PKB diperlukan karena bisa menarik pemilih yang sebesar-besarnya, yang memungkinkan PKB dapat mewujudkan target minimalnya, sehingga paling tidak cukup kuat untuk menarik partai lain bersedia berkoalisi dengan PKB. Apabila PKB tidak mampu meraih jumlah 20% pemilih sebagai Presidential Tampilnya Mahfud MD secara tiba-tiba diusung PKB Jawa Tengah, nampaknya diluar pengetahuan Muhaimin Iskandar. Langkah DPW PKB Jawa Tengah bisa mengacaukan situasi, menimbulkan kebingungan massa PKB ditingkat bawah.

Oleh sebab itu, Muhaimin Iskandar sebaiknya segera mengintegrasikan tampilnya Rhoma Irama dan Mahfud MD dalam satu kebjaksanaan. Sikap atau kebijaksanaan tersebut adalah menyatakan baik Mahfud MD maupun Rhoma Irama sangat diperlukan untuk memenangkan PKB dalam Pemilu Legislatif 2014. Apabila Presidential Threshold tercapai kemungkinan Mahfud MD akan ditampilkan sebagai Capres dan Rhoma Irama sebagai Cawapres.

Tampilnya Mahfud MD secara tiba-tiba diusung oleh PKB Daerah Jawa Tengah cukup mengejutkan dan bisa mengakibatkan kesan PKB belum solid dalam menentukan bakal Capresnya. Menghadapi stuasi yang bisa membingungkan massa PKB tersebut sebaiknya DPP PKB secepatnya mampu menguasai keadaan dan menegaskan bahwa baik Rhoma Irama maupun Mahfud MD kedua-duanya kader potensial dari PKB untuk Capres 2014. Dan siapa yang bakal tampil sebagai Capres setelah Pemilu Lagislatif April 2014 akan ditetapkan kemudian.

Apabila Rhoma Irama mampu mengangkat suara PKB dalam Pemilu Legislatif, tentunya Mahfud MD tidak bisa menganggap sepele Rhoma Irama dan menolak disandingkan untuk berpasangan dengan Rhoma Irama. Mahfud MD harus sadar hampir saja ia kehilangan kesempatan, karena ditinggalkan gerbong politik PKB, sebagai akibat sikap Mahfud MD seolah-olah selama ini menunggu sesuatu yang tidak jelas, ia kelihatan sangat pasif.

*) Otjih Sewandarijatun adalah peneliti senior Lembaga Analisa Politik dan Demokrasi (LAPD), Jakarta.

(nwk/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads