Kisah Kandang Ayam dan Bensin Eceran di Bawah Jalan Layang

Penyalahgunaan Kolong Jalan Layang

Kisah Kandang Ayam dan Bensin Eceran di Bawah Jalan Layang

- detikNews
Selasa, 17 Des 2013 11:25 WIB
Sejumlah warga tinggal di kolong jalan layang Kampung Melayu, Jakarta Timur. (foto-detikcom)
Jakarta - Soleh duduk santai di sebelah kandang ayam yang terbuat dari bahan kayu bekas. Sambil bersiul, tangan kanannya sibuk memberikan makan pur yang sudah dicampur nasi untuk tiga ekor ayam bangkok jantan.

Kandang berukuran 1 x 1 meter di bawah kolong jalan layang Kalibata, Jakarta Selatan itu menjadi aktivitas sambilan bagi Soleh. Meski terlihat kotor dan jorok karena area sekitar banyak sampah tidak menjadi masalah bagi pria asal Pekalongan, Jawa Tengah ini.

Belum lagi banyak kotoran ayam serta beceknya tanah karena lintasan jalan yang rusak dan berlubang. Pria berusia 39 tahun itu mengaku kandang ayam tersebut bukan miliknya, melainkan punya seorang teman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

โ€œDitawarin teman, (kandang) tetangga depan yang punya kandang," kata Soleh saat ditemui detikcom, Senin (16/12) kemarin.

Menurut Soleh, tetangganya sengaja membuat kandang ayam di bawah kolong jembatan layang karena lahan yang belum terpakai. Daripada menganggur lebih baik dipergunakan warga sekitar untuk menyalurkan hobi sambil dagang. Kayu untuk membuat kandang terlihat ala kadarnya.

"(Kandang) Ini kalau enggak salah udah enam bulan," kata dia.

Memanfaatkan lapak di bawah kolong jembatan layang Kalibata juga dilakukan warga lain. Misalnya mobil pribadi hingga truk proyek yang parkir sembarangan. Warga juga memanfaatkan lahan untuk area kandang burung, hingga jualan bensin.

Bahkan ada warga yang sengaja menjadikan tempat tongkrongan main kartu dengan menyediakan bangku sofa serta meja bekas tidak terpakai. Belum lagi banyak batu dan sampah yang berserakan sehingga memberikan kesan jorok.

Warga lain yang memanfaatkan lahan kolong jembatan layang adalah Udin, 42 tahun. Pria dari Cirebon ini nekad jualan bensin eceran secara bergantian dengan warga lain. Dalam sehari, Udin mengaku delapan jam berjualan bensin eceran.

Biasanya, minimal 25 liter bensin yang sudah dikemas dalam botol habis terjual karena banyak kendaraan sepeda motor yang melintas. "Di sini enak. Tempat adem, gratis. Yang beli juga banyak. Kotor sedikit tempatnya enggak masalah dah," kata warga RT 02/RW 07 Kelurahan Rawajati, Kalibata itu.

Sudah dua bulan, Udin mengaku ikut tergiur usaha jualan bensin. Meski waktu dagangnya harus bergantian dengan yang lain, bagi dia tidak masalah asalkan bisa mendapat keuntungan. Memakai kayu dan papan ala kadarnya sudah bisa dijadikan sebagai rak untuk tempat bensin.

Sama seperti kandang ayam dan burung, tempat jualan Udin juga terlihat kotor karena banyak batu bahan bangunan yang tidak terpakai berserakan. Belum lagi kotoran sampah yang menempel di batu dan tanah.

Udin mengaku selama ini tidak pernah ada petugas kelurahan yang menegur adanya aktivitas berjualan di bawah fly over. Lagipula menurut dia belum ada instruksi atau pemberitahuan dari petugas satuan polisi pamong praja yang melarang.


(hat/erd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads