"Kalau dipikir logika, saya nggak bisa keluar dari sana. Api cepat banget keluar dari sana (truk BBM). Tapi saya dan anak saya bisa keluar dengan selamat," ujar Ridla saat dihubungi detikcom, Senin (9/12/2013).
Ridla dan anaknya menumpang di gerbong kedelapan yang terguling, gerbong yang menderita kerusakan paling parah. Gerbong ini paling dekat dengan truk BBM yang nyelonong palang perlintasan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak berapa lama, api dan asap sudah memenuhi gerbong khusus wanita tersebut. Ridla menggendong terus anak laki-lakinya itu.
"Api sudah nyala, masuk, orang-orang sudah mulai panik, pintu ketutup semua," katanya.
Ridla yang duduk di bangku prioritas dan dekat dengan gerbong ketujuh (kedua dari depan), berusaha memecahkan kaca dengan mainan anaknya. Namun usahanya gagal. Ridla dan penumpang lainnya berusaha menggedor-gedor kaca kembali.
"Ada orang umur 20-30 tahun, ada yang melihat. Dia lalu memecahkan kaca dengan batu. Saya didorong dari kereta sama orang-orang untuk keluar," ucapnya.
Saat kejadian, anak Ridla kaget dan terbengong-bengong. Ridla terus memeluk anaknya. "Pas ketindih, saya pegangin kepala anak saya. Saat sudah keluar kereta baru dia nangis," tutur Ridla yang akan pergi ke Tanah Abang.
Perempuan muda ini tidak memiliki firasat apa pun atas kejadian itu. Namun yang dia rasakan, saat sebelum kejadian, anaknya terus digendongnya karena sejak pagi terus menangis.
"Biasanya anak saya saya lepas, nggak saya gendong dan biasanya pakai tas ransel tidak selempang seperti sekarang," kata Ridla yang mengaku lecet pada bagian tangan ini.
Sambil menunggu hujan deras berhenti, Ridla masih berada
di ruko Bintaro Permai, yang tidak jauh dari lokasi kecelakaan. Di situ dia diminta seorang ibu untuk istirahat.
"Suami saya juga belum datang," tuturnya.
(nik/nrl)