Cerita Jaksa yang Kepepet Uang Tapi Tetap Menolak Suap

Sisi Lain Pemberantasan Korupsi

Cerita Jaksa yang Kepepet Uang Tapi Tetap Menolak Suap

- detikNews
Senin, 09 Des 2013 12:10 WIB
Jakarta - Kali ini cerita datang Kejaksaan Agung. Seorang jaksa mengaku pernah mendapat tawaran menggiurkan dari sebuah kasus, namun semua ditolaknya mentah-mentah. Padahal kala itu dia sedang butuh duit.

Pria yang tak mau disebut namanya ini berkisah. Saat itu ia tengah dirundung masalah uang. Ada sebuah kebutuhan mendesak yang mengharuskan dia punya uang dalam jumlah tak sedikit.

"Waktu itu saya lagi butuh uang besar," tutur pria ini saat berbincang dengan detikcom, Jakarta, Kamis (4/12/2013).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu ia juga kebetulan tengah mengusut suatu perkara korupsi. Tanpa disangka, seseorang datang kepadanya. Orang tersebut datang menawarkan uang damai agar kasus itu jangan dilanjutkan.

Namun pria yang sering naik angkutan umum ini menolak tawaran itu. Dibanding menerima uang, ia memilih berhutang kepada salah satu Bank milik pemerintah.

"Lebih baik ngutang saja," ujarnya santai.

Ia tidak merasa menyesal sudah menolak tawaran menggiurkan itu. Terlebih lagi dengan kebutuhan mendesak yang sedang dipikulnya.

"Kalau udah komit, ya nggak ada lagi pergumulan batin lagi. Banyak jalan kok untuk bisa menyelesaikan masalah keuangan," imbuhnya.

"Hidup cuma satu kali, apa alasan kita nanti jika ditanya Tuhan kenapa korupsi," tegasnya.

Dalam momen lainnya, jaksa ini juga pernah ditawari suap, namun lewat jalur seniornya. Melalui senior ini, si penyuap berharap dirinya bakal menerima tawaran uang itu.

"Karena tidak enak yang menyerahkan senior, akhirnya uang itu saya terima," lanjutnya.

Tapi tenang dulu, uang itu tidak disimpan oleh jaksa ini. Di hari yang sama, sang jaksa langsung pergi ke masjid.

Dia pun menyumbang seluruh uang yang baru saja diterimanya itu. Dan yang menariknya lagi, nama si penyumbang tidak lain adalah sang penyuap.

"Diinfaq atas nama yang memberi uang itu," ujarnya tertawa geli saat menceritakan kisah itu.

Jaksa ini juga curhat soal masalah kesejahteraan. Dia merasa gaji yang diterima tergolong kecil dibanding beban perkara tinggi.

"Belum lagi biaya operasional kantor yang kecil," tutur jaksa tersebut.

Sudah uang operasional kecil, tidak jarang pimpinan mereka memotong biaya tersebut. Jumlahnya pun beragam Caranya, sang pimpinan menyodorkan kwitansi untuk pengambilan uang. Setelah kwitansi itu diteken jaksa, uang yang diserahkan biasanya tidak sama dengan yang tertera. "Bisa 50 persen diambilnya," keluh jaksa ini.

Biasanya kondisi itu seringkali dialami jaksa-jaksa di daerah. Namun bagi sebagian jaksa dengan komitmen tinggi, tentu peristiwa seperti itu tidak menyurutkan langkah mereka dalam memerangi korupsi.

"Tuhan selalu memberi jalan yang terbaik untuk kita, Alhamdulilah bakal selalu dicukupkan rezekinya," tutup pria yang sering naik angkutan umum ini.

(mok/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads