Kisah Anne E Russon, Meneliti Orangutan Selama 25 Tahun di Kalimantan

Kisah Anne E Russon, Meneliti Orangutan Selama 25 Tahun di Kalimantan

- detikNews
Minggu, 08 Des 2013 06:05 WIB
Anne E Russon (Foto: Saud/detikcom)
Samarinda, - Anne E Russon, peneliti Orangutan dari Universitas York, Glendon College, Toronto, Kanada, memiliki banyak cerita tentang Orangutan Kalimantan. Selama 25 tahun sebagai peneliti, 4 tahun terakhir ini dilakukannya di kawasan Taman Nasional Kutai (TNK), Kutai Timur, Kalimantan Timur. Apa saja yang telah dia dapatkan?

Di Hutan Prefab TNK, Sabtu (7/12/2013), jarum jam menunjukkan pukul 17.05 WITA, Anne bersemangat menjelaskan penelitiannya selama 4 tahun di Mentoko, Kutai Timur, yang menjadi habitat Orangutan sekaligus area penelitiannya, kepada media peserta 'Journalist Field Trip to TNK' yang berlangsung 7-8 Desember 2013.

"Ada 40 Orangutan yang saya temui selama saya meneliti 4 tahun ini di Kutai Timur," kata Anne dalam perbincangan bersama wartawan di Hutan Prefab TNK, Sabtu (7/12/2013).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wanita kelahiran Toronto, 20 Mei 1947 itu menerangkan, di awal penelitian, dia sempat kesulitan untuk mengamati dan memahami ciri Orangutan yang ditemuinya. Namun seiring waktu, dia bisa menamai sebagian besar Orangutan yang ditemuinya.

"Semua Orangutan yang saya temui, semuanya sehat. Dalam observasi saya sejak Januari 2010 lalu, saya menghabiskan 360 hari atau 4.700 jam," terangnya.

Dijelaskan Anne, 2 kali kebakaran besar yang melanda TNK di tahun 1982-1983 dan 1997-1998, sempat berpengaruh terhadap ketersediaan pakan Orangutan. Patut disyukuri, hingga 14 tahun kemudian, TNK tidak lagi dilanda kebakaran.

"Saat ini sedang masa recovery sudah cukup kembali menyediakan pakan bagi Orangutan yang umumya memakan buah-buahan, juga serangga dan dedaunan," ungkap dia.

"Fleksibilitas Orangutan untuk memilih pakan dalam penelitian saya disebabkan mereka sangat terbiasa mengalami masa sulit mereka dengan terbakarnya TNK hingga mampu terus bertahan," terangnya.

"Orangutan di Kaltim ini sejenis dengan yang ada di Sabah Malaysia dengan ciri rambut kecokelatan dan kehitaman. Semakin ke barat Kalimantan, warna kekuningan," sebut Anne lagi.

Sementara, berbicara areal TNK yang saat ini dikelilingi kegiatan pertambangan batu bara hingga kebun sawit, meski mengancam kelangsungan habitat Orangutan, namun Anne optimistis masa recovery pasca kebakaran areal TNK, tetap berjalan dengan lancar.

Lantas, bagaimana dia menyesuaikan menu makanan yang dikonsumsinya selama 4 tahun ini, mengingat selama itu juga dia lebih sering berada di dalam hutan, Anne merasa tidak terlalu mempermasalahkannya.

"Saya tidak senang memakan gorengan, juga gado-gado. Tapi bagi saya, melihat hewan hidup bebas di alam liar, itu sesuatu luar biasa, lebih dari cukup," sebut Anne.

Sebelum meneliti di Kutai Timur, Anne sebelumnya meneliti Orangutan di Kalimantan Tengah dan bekerja di Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) di Samboja, Kutai Kartanegara.

"Saya akan terus meneliti Orangutan sampai saya, sampai saya tidak ada lagi," tutupnya.

(mpr/mpr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads