"Di awal kita sampai, suhu waktu itu 5β’C. Ternyata di sana musimnya ada 3. Musim panas, musim dingin, sama musim hujan," kata AKP Amiruddin kepada wartawan di Lapangan Baharkam Mabes Polri, Kamis (5/12/2013).
Amir, yang juga tergabung dalam tim medis saat di Sudan, mengatakan bahwa di hari-hari pertama mereka bertugas, hampir semua personil langsung flu dan kulitnya pecah pecah. Namun hal tersebut tidak mengganggu kinerja mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah seorang personel lain, Brigadir David, memiliki pengalaman tak terlupakan tentang cuaca di Sudan. Salah satu fenomena alam di gurun pasir adalah badai pasir atau yang disebut habub. Kala itu, ia dan tim nya terjebak di dalam mobil ketika badai habub menerjang mereka.
"Kami cuma bisa nunggu di dalam mobil saja di tengah tengah gurun, sambil berharap badainya selesai," ujar pria berkulit putih ini.
Bukan hanya cuaca, urusan perut juga menjadi salah satu masalah yang sering dihadapi para personil yang berangkat dari Indonesia sejak 18 November 2012 ini. Beruntunglah mereka memiliki Briptu Galuh Martadinata. Pria yang didaulat sebagai chef dari tim Indonesia selalu siap sedia untuk memastikan nafsu makan para polisi ini terlampiaskan.
"Setiap hari, kami siapkan 750 kg beras dan 1 kuintal daging sapi untuk 140 personil," kata Galuh. Namun jumlah itu ternyata sering kurang karena pasukan ini suka menambah porsi makan.
"Akhirnya saya siapkan yang instan-instan deh, sosis bakar misalnya."
Terkait makanan, Ipda Nurdianto Ekowartono yang memiliki hobi masak ternyata suka berimprovisasi dalam mengolah daging asli Sudan, daging onta.
"Biasanya daging onta saya masak jadi dendeng atau rendang, biar lebih enak," kata pria yang sebelumnya bertugas di Jawa Timur ini.
Sebanyak 140 personil yang tergabung dalam Satgas Formed Police Unit (FPU) V baru kembali dari misi perdamaian mereka di Sudan. Setelah kembali, mereka dianugerahi tanda jasa Satya Lencana Bhakti Buana.
(gah/gah)