"Alasan dikeluarkannya TR (telegram rahasia) tersebut karena penggunaan jilbab itu tidak seragam, sesungguhnya sangat tidak mendasar," kata Neta dalam siaran pers, Minggu (1/12/2013).
Neta menyesalkan sikap Mabes Polri yang mengeluarkan surat penundaan pengenaan jilbab. Seharusnya, kata dia, elite-elite di kepolisian justru harus mendukung penggunaan jilbab ini. "Apalagi para Polwan sudah hampir lima tahun berjuang untuk diizinkan memakai jilbab," kata Neta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait alokasi dana pengadaan jilbab, seharusnya bukan menjadi alasan Polri untuk melarang Polwan mengenakan jilbab. "Jika Polri tidak memiliki dana anggaran, biarkan saja masing-masing Polwan yang membeli atau membiayainya," ujar Neta.
Neta mendesak pimpinan kepolisian untuk mencabut edaran terkait penundaan pengenaan jilbab. "Jika sekarang penggunaan jilbab belum teratur, justru tugas pimpinan Polri untuk mengaturnya dan bukan menunda atau melarang Polwan menggunakan jilbab," tegas Neta.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Sutarman tak mempersoalkan polisi wanita atau Polwan memakai jilbab. Menurut dia memakai jilbab merupakan hak asasi.
"Tidak ada masalah. Kan waktu itu saya bilang ini kan hak asasi seseorang," jelas Sutarman saat bertemu dengan pimpinan media dan PWI di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta, Selasa (19/11/2013).
Sutarman menjelaskan, sebenarnya kepolisian sudah menyiapkan dan merancang contoh jilbab bagi polwan. Namun semua masih menunggu anggaran dan aturannya.
"Dan memang kan contoh jilbabnya kemarin sudah ada, tapi belum ada keputusan. Dan anggaran belum ada, tapi dipersilakan," tutupnya.
Menyahuti hal ini, pada Senin 25 November Polda Metro Jaya menggelar peragaan 15 model seragam untuk polwan berjilbab. Seragam itu mengacu kepada polwan di Polda Aceh.
(ahy/nrl)