Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) AL Laksma Untung Suropati menjelaskan dalam rilisnya, pada Senin (18/11/2013) pagi, kondisi air laut tengah surut. Kapal KRI Teluk Peleng-535 dalam posisi sandar dalam persiapan bekal ulang dalam rangka melaksanakan Operasi Rakata Jaya ke-13.
Sekitar pukul 15.10 WIB, ABK mesin jaga melihat kebocoran di ruang DG dan berupaya melaksanakan penanggulangan dengan mencari sumber kebocoran. Tiga unit tug boat TNI AL juga dikerahkan untuk menyangga kapal yang secara perlahan-lahan mengalami kemiringan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat mengetahui kapal semakin miring, Komandan KRI Teluk Peleng-535 Mayor Laut (P) Yadi Mulyadi lalu memerintahkan penyelamatan senjata, amunisi, radar, alat komunikasi, jurnal-jurnal kapal, serta dokumen, dan barang berharga lainnya. “Komandan kapal juga telah berkoordinasi dengan Kepanduan meminta tambahan dukungan 1 (satu) unit tug boat,” kata Untung.
Meski segala upaya telah dicoba, termasuk memompa air yang masuk di badan kapal dengan 12 unit mesin pompa serta memasang tali-tali penahan ke darat, namun kemiringan kapal tetap tidak bisa teratasi. Pada hari Selasa pukul 08.07 WiB, KRI Teluk Peleng-535 kandas dengan posisi miring 70 derajat.
"Belum diketahui secara pasti penyebab kebocoran. Mengingat usia kapal yang sudah 35 tahun,material fatigue (kelelahan material) bisa menjadi sebagai salah satu faktor penyebabnya,” ujarnya.
Untung menuturkan, saat ini tim Komando Pasukan Katak dan tim penyelam dari Dinas Penyelamatan Bawah Permukaan Air (Dislambair) Koarmabar sedang mengupayakan pengapungan kembali kapal dengan menggunalan alat “salvage air bag”. “Metodenya setelah kapal dapat mengambang dan air dikuras dengan bantuan pompa, baru kemudian diadakan pengelasan pada area yang bocor. Tim TNI AL mempunyai kemampuan untuk itu,” katanya.
Kapal yang dibangun oleh galangan kapal VEB Peene-Werft, Wolgast, Mecklenburg-Vorpommern, Jerman Timur, pada tahun 1978 ini sebelumnya memperkuat alutsista Angkatan Laut Jerman Timur. Pada tahun 1990 pemerintah Indonesia membelinya dan pada tahun 1993 kapal ini resmi memperkuat armada TNI AL pada jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar).
Teluk Peleng diambil dari nama sebuah teluk yang secara geografis berlokasi di Banggai, Sulawesi Tengah. Dalam pengabdiannya di jajaran TNI Angkatan Laut, KRI Teluk Peleng-535 telah melaksanakan berbagai tugas operasi dan latihan, baik sebagai unsur amfibi bagi latihan pendaratan ranpur dan pasukan Marinir TNI AL ataupun sebagai unsur pengangkut logistik TNI/TNI Angkatan Laut, pergeseran pasukan, serta tugas-tugas bantuan kemanusiaan.
Kapal ini memiliki berat 1.900 ton, panjang 90,70 meter, lebar 11,12 meter, draft 3,4 meter, serta kecepatan kapal 18 knot. Kapal teluk Peleng memiliki anak buak kapal 70 personel dan mampu mengangkut muatan hingga 600 ton. Adapun persenjataan dimiliki KRI Teluk Peleng-535 adalah dua unit meriam canon laras ganda kaliber 33 mm Model-1939, dua unit meriam Bofors 40/70 berkaliber 40 mm dengan kecepatan tembakan 120-160 rpmm dan jangkauan 10 km untuk target permukaan terbatas dan target udara, dua meriam canon laras ganda kaliber 57 mm serta dilengkapi sensor elektronik radar MR-302/Strut.
(gah/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini