Ahok mengatakan, para akademisi dari Australia itu undangan dari Akademi Ilmu Pengetahun Indonesia. Keduanya kemudian bertemu dengannya membahas dan memberi masukan soal pengelolaan air di Jakarta.
"Nah, mereka ada proyek kerjasama bantu Jakarta supaya punya sistem pengolahan air yang sama, air limbah, air PAM gimana. Nah, terus mereka juga kasih tahu, dulu di Melbourne bikin sebuah sistem saluran yang besar untuk menngolah air limbah. Nah sekarang tuh sudah ketinggalan, biayanya terlalu tinggi. Kita jangan tiru model kaya gitu lagi," kata Ahok di Balaikota DKI, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (20/11/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahok juga mengatakan, salah satu latar belakang pembangunan Giant Sea Wall (GSW) di utara Jakarta yaitu untuk pengolahan air.
"Dulu kenapa kita berpikir bikin giant sea wall untuk membuat bendungan raksasa, supaya punya sumber air minum yang cukup. Itu dulu, karena mungkin teknologi river osmosis mengubah air laut jadi air minum itu masih mahal. Sekarang tinggal Rp 7 ribu sekubik, jadi murah kan," katanya.
"Ya itu urusan akademi ilmu pengetahuan Indonesia, bukan kita. Nanti dia kasih masukan ke kita, langsung ke deputi tata ruang, ini kan cuma mau menunjukkan aja, ada gak komitmen kita. Kita sih mau bantu, komit-komit aja," tambahnya.
(jor/fdn)