Derita Waria di Usia Senja

Diskriminasi Waria di Indonesia

Derita Waria di Usia Senja

- detikNews
Rabu, 20 Nov 2013 12:09 WIB
Mami Yuli di Rumah Singgah Waria Jompo. (Foto - Idham/detikcom)
Jakarta - Yoti (70 tahun) duduk di atas sofa di rumah singgah waria jompo yang terletak di bilangan Depok, Jawa Barat, Minggu (17/11) sekita pukul 18:45. Tangan kirinya memegang Alkitab yang ditaruh di atas paha, sedangkan tangan kanannya memegang sebuah bolpoin berwarna hitam. Sesekali ia tampak membubuhkan coretan kecil pada lembaran Alkitab itu.

"Kalau gak ada kegiatan, saya baca Alkitab. Ini penting buat saya untuk membentengi diri supaya kalau lihat laki gak langsung nyaplok," ujarnya kepada detikcom.

Rumah singgah waria jompo tidak jauh dari masjid kubah mas Dian Al-Mahri, Cinere, Depok Jawa Barat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rumah tersebut terdiri dari dua tingkat dengan jumlah 5 kamar. Dua kamar di lantai atas dan tiga kamar di lantai bawah.

Yoti, waria asal Ambon ini merupakan salah satu dari 15 penghuni rumah singgah waria jompo. Ia menghabiskan usia tua tanpa sanak keluarga.

Sebelum menghuni rumah singgah, ia juga sempat menjadi pekerja seks komersial (PSK) yang ia sebut dengan 'nyebong' di berbagai wilayah di Jakarta, Sorong bahkan di Malaysia.

"Saya bersyukur dengan adanya rumah singgah ini. Saya sudah tua dan tidak ada keluarga," katanya lirih.

Sementara Mama Hengky (73 tahun) penghuni lain, mengungkapkan kesedihannya. Tak satu pun keluarga menerima dia meski usianya telah senja. Bahkan, ketika sang ibu meninggal dunia pada tahun 1996 silam, tidak ada keluarga yang memberi tahu. Ia mengetahui saat pulang ke Semarang hendak menjenguk ibundanya.

"Saya bawa oleh-oleh buah-buahan untuk ibu, tapi pas sampai di sana sepupu saya ngasih tahu kalau ibu sudah meninggal, saya terpukul, kenapa tidak diberi tahu, saya kan juga anaknya. Akhirnya saya cuma lihat kuburan ibu," kata Mama Hengky, sambil menitikkan air mata dan menekan dada dengan jemarinya.

Jangan kan mengharap warisan dari keluarga, di batu nisan sang ibunya tidak dicantumkan namanya. Kakak serta adiknya menolak menuliskan namanya di nisan sang ibu. Baru setelah di protes, nama Mama Hengky pun tertulis di nisan sang Ibu.

Yoti dan Mama Hangky kini tinggal di sebuah rumah singgah khusus waria jompo tersebut. Rumah singgah ini didirikan oleh Yulianus Rettoblaut atau akrab disapa Mami Yuli, yang mengaku tergerak mendirikan rumah singgah bagi waria jompo.

Menurut Mami Yuli banyak permasalahan yang dihadapi waria, seperti sakit parah, menderita HIV atau ODHA, bahkan permasalahan sulitnya menguburkan jika waria tersebut meninggal dunia. Kehadiran rumah singgah ini pun dirasakan sangat bermanfaat bagi Mama Hengky.

Apalagi dia bisa melakukan kegiatan yang bermanfaat. Seperti membuat kue untuk dijajakan penghuni lainnya. "Saya juga ingin mengajarkan kemampuan saya kepada yang masih muda," kata Mama Hengky.


(erd/erd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads