Media Australia Ungkit Pengakuan Hendro Priyono Soal RI Menyadap Australia

Media Australia Ungkit Pengakuan Hendro Priyono Soal RI Menyadap Australia

- detikNews
Rabu, 20 Nov 2013 10:39 WIB
PM Abbott dan Presiden SBY (AFP)
Canberra - Media Australia terpecah dalam pemberitaan soal isu penyadapan terhadap Presiden SBY. Ada media yang menyebut Australia perlu meminta maaf kepada Indonesia. Namun ada juga yang menyebut permintaan maaf itu tidak perlu.

Pemerintah Indonesia sendiri telah meminta penjelasan lengkap dari Australia soal laporan penyadapan terhadap Presiden SBY, Ibu Ani Yudhoyono dan sejumlah pejabat tinggi lainnya pada tahun 2009 lalu. Bahkan Indonesia juga menyatakan akan meninjau kembali semua kerja sama dengan negeri Kangguru tersebut.

Menanggapi hal tersebut, Perdana Menteri (PM) Australia Tony Abbott mengaku menyesal jika pemberitaan media tentang penyadapan ini telah mempermalukan Presiden SBY, namun dia menolak untuk minta maaf. Sikap PM Abbott ini didukung oleh media setempat, The Australian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tony Abbott bersikap benar untuk tetap berdiri teguh, tapi kita membutuhkan diplomasi yang gesit," tulis The Australian dalam editorialnya seperti dilansir AFP, Rabu (20/11/2013).

The Australian dan media satu grupnya, Sydney Daily Telegraph juga membahas pernyataan mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Indonesia, AM Hendro Priyono beberapa tahun lalu. Dalam wawancara dengan televisi Australia tahun 2004, Hendropriyono mengatakan, semua pemerintah saling menyadap komunikasi pemerintahan lain.

Hendropriyono juga mengakui bahwa Indonesia pernah menyadap percakapan telepon politisi Australia. Kemudian juga menyadap komunikasi militer dan juga warga sipil Australia. Bahkan pernah menyadap kedutaan besar Australia di Jakarta pada masa krisis Timor Timur tahun 1999 lalu.

"Kami melakukan hal yang sama, kami ingin tahu apa yang sedang mereka bahas tentang kami. Kita bisa mengatakan hal ini sebagai rahasia umum. Anda tahu, rahasia, tapi diketahui oleh publik. Hal semacam ini cukup wajar dalam aktivitas intelijen," ucap Hendropriyono dalam wawancara yang dilakukan tahun 2004 tersebut.

Saat ditanya apakah Australia kira-kira melakukan hal yang sama pada Indonesia, Hendropriyono menjawab: "Dia bodoh jika tidak melakukan itu, Anda tahu."

Dalam editorialnya, Sydney Daily Telegraph menulis: "Tidak ada permintaan maaf yang diminta dari Indonesia pada tahun 2004. Sama halnya dengan tahun 2013, permintaan maaf juga tidak diperlukan."

Bertolak belakang dengan kedua media tersebut, media Australia lainya, Sydney Morning Herald menyebut bahwa permintaan maaf sangat diperlukan untuk menghindari aksi balasan dari Indonesia, yang disebutnya sebagai sekutu strategis dan mitra perdagangan penting bagi Australia.

"Jika Abbott tidak menunjukkan penyesalan seperti yang diharapkan Presiden Indonesia, dampak buruk dari kebocoran ini akan berujung pada pembalasan dari negara yang, menurut Abbott, memiliki hubungan paling penting dengan negara kita," demikian tulis Sydney Morning Herald.


(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads