Namun untuk dapat dievakuasi, mereka harus bersabar mendapat giliran. Karena terbatasnya jumlah pesawat militer yang beroperasi untuk mengangkut pengungsi.
Salah seorang ibu bernama Rudi Alcantara (32) bersama balita dan suaminya harus rela mengantre bersama ratusan pengungsi lainnya selama berhari-hari agar bisa menumpang pesawat menuju kota tujuannya untuk bertemu keluarga mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alcantara beruntung masih menyimpan makanan yang sempat dibawanya dari rumah dan pemberian tentara. Sehingga dia beserta suami dan anaknya tidak kelaparan karena mengantre selama 3 hari menunggu giliran dievakuasi.
Tidak hanya Alcantara, ratusan ibu lainnya juga terlihat mengantre sambil membawa balitanya.
Pantauan detikcom, puluhan pesawat hilir mudik mengangkut para pengungsi. Namun jumlah pengungsi yang datang tidak sebanding dengan jumlah pesawat bantuan yang berada di bandara sehingga terjadi penumpukan pengungsi.
Ada 3 pintu masuk antrean untuk menaiki pesawat. Ribuan orang terlihat mengantre hingga sampai area luar bandara.
Satu pesawat hanya mampu mengangkut sekitar 100-an orang untuk sekali penerbangan. Sedangkan rata-rata 1 pesawat melakukan penerbangan ke kota Tacloban untuk mengangkut pengungsi hanya 1-2 kali per harinya.
Saat berangkat pesawat-pesawat militer tersebut tampak mengangkut bantuan logistik dan kembali dengan mengangkut para pengungsi ke tempat atau kota yang aman.
(rmd/fdn)