Perubahan kecil dalam kebijakan utama pemerintah China tersebut diputuskan dalam rapat antar pejabat tinggi Partai Komunis, yang biasa disebut Third Plenum. Demikian seperti dilansir AFP, Sabtu (16/11/2013).
Kebijakan satu anak mulai diterapkan di China sejak akhir tahun 1970-an dengan tujuan untuk mengontrol populasi yang berkembang sangat pesat. Pada pelaksanaannya, kebijakan ini diterapkan secara brutal di mana banyak warga yang dipaksa untuk hanya memiliki satu anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memicu ketidakseimbangan gender di China, karena marak praktik aborsi bagi bayi perempuan. Kebanyakan warga China memang lebih memilih anak laki-laki dibanding anak perempuan. Banyak bayi perempuan yang dibuang begitu saja oleh orangtuanya.
"Kebijakan kelahiran akan disesuaikan dan ditingkatkan secara bertahap untuk mempromosikan 'pertumbuhan populasi yang seimbang untuk jangka waktu lama di China'," demikian dilaporkan kantor berita Xinhua mengutip keputusan rapat Partai Komunis tersebut.
Menurut kebijakan yang baru, setiap pasangan masih diwajibkan untuk hanya memiliki satu anak. Namun ada pengecualian bagi pasangan yang salah satunya merupakan anak tunggal. Untuk pasangan tersebut, diperbolehkan memiliki dua anak.
Pengecualian juga berlaku bagi warga etnis minoritas dan para petani yang anak sulungnya berjenis kelamin perempuan.
Di tengah seruan publik untuk mereformasi maupun mencabut kebijakan tersebut, otoritas China menegaskan bahwa kebijakan satu anak tersebut masih sangat diperlukan. Menurut salah satu pejabat setempat, ledakan populasi masih mengancam China.
(nvc/gah)