Saat tiba di Kota Sakai pada Rabu (6/11/2013) lalu, detikcom bersama para jurnalis Sakai ASEAN Week 2013 lain menyaksikan bahwa semua orang kalau tidak bersepeda ya berjalan kaki. Yang memakai mobil tetap ada, namun tak sebanyak di Jakarta. Warga bersepeda motor apalagi, bisa dihitung dengan jari. Alhasil, tak ada jalanan yang macet dan perang klakson yang bising.
Warga Kota Sakai yang bersepeda itu tak pandang bulu, mulai dari pria muda berjas necis hingga mbak-mbak yang bersepatu boot modis. Selain udaranya yang dingin, bersepeda di Kota Sakai makin nikmat karena jalurnya terletak di trotoar, bersatu dengan jalur pejalan kaki alias pedestrian. Trotoar di jalan protokol di Kota Sakai memang lebar-lebar, sekitar 3-5 meter, seperti di trotoar di sekitar Balai Kota Sakai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Parkiran sepeda dari yang berupa shelter biasa hingga parkir sepeda susun bisa Anda temui di kota yang memiliki pabrikan sepeda pertama di Jepang ini. Sepeda di setiap depan rumah dan toko pun berceceran terparkir di pinggir jalan.
Dengan infrastruktur yang demikian, maka para pesepeda tak perlu kemrungsung atau khawatir dia bakal ditabrak sopir bus, keserempet mobil atau motor di pinggir jalan. Selain jalurnya sudah tersedia khusus, para pengemudi kendaraan bermotor di Kota Sakai sangat menghargai pesepeda dan pejalan kaki, cara mengemudinya pun sangat tertib. Asal patuhi saja lampu rambu lalu lintas di traffic light, kapan pejalan kaki dan pesepeda bisa menyeberang atau tidak.
Aman dan nyaman! Itulah yang dirasakan jurnalis detikcom dan Trans7 saat bersepeda pada malam terakhir di Kota Sakai pada Selasa (12/11/2013) lalu. Informasi mengenai sistem sewa sepeda disediakan Pemkot Sakai. Harga sewanya sekitar 300 Yen (sekitar Rp 30 ribu) dengan waktu pakai 12 jam. Sepeda bisa disewa dari shelter penyewaan di depan Balai Kota Sakai di Sakai Tourism Information Center.
(nwk/trq)