"Gerindra sudah berusaha maksimal mendukung Mega-Prabowo," kata anggota Dewan Pembina Gerindra Martin Hutabarat saat dihubungi detikcom, Kamis (14/11/2013).
Menurut Martin kekalahan Mega-Prabowo lebih karena kedigdayaan SBY yang diusung PD dan partai koalisi kala itu. "Karena pada waktu itu SBY memang sangat populer," kata anggota Komisi III DPR ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat perolehan suara Demokrat naik pada 2009, suara PDIP justru turun jika dibanding Pemilu 2004. "Waktu itu, Golkar dan PDIP turun, menjadi 14 persen," ucap Martin.
Apalagi, saat itu SBY diprediksi bisa memenangi Pilpres 2009 tak peduli siapa pun cawapresnya. "Karena beliau (SBY) menguasai betul jalur birokrat. Dan uangnya (modal pencapresan) juga luar biasa banyak," imbuh Martin.
Kenangan pahit kekalahan duet Mega-Pro di 2009 ini diungkit oleh Ketua DPP PDIP Ribka Tjiptaning. Menurutnya, kekalahan pasangan Mega-Prabowo dikarenakan Prabowo kurang maksimal menyukseskannya.
"Kemarin Prabowo manja dan belagu. Mengaku punya kekayaan Rp 1,7 triliun tapi nggak mau ngeluarin," ucap Ribka.
(van/nrl)