Direktur Biro Investigasi Pusat (CBI) India, Ranjit Sinha tengah memberikan keterangan terkait kasus perjudian yang semakin merajalela. Dia mengatakan jika negara kesulitan untuk menghentikan praktik perjudian, sebaiknya negara melegalkannya karena bisa memperoleh pendapatan dari itu.
Dalam pernyataannya tersebut, Sinha menggunakan analogi soal pemerkosaan. Namun sayangnya, analogi yang digunakan oleh Sinha ini tidak lazim dan terlalu kontroversial. Demikian seperti dilansir New Straits Times dan NDTV, Rabu (13/11/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sinha sempat berusaha membela diri dengan menjelaskan bahwa dirinya hanya menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan maksud pernyataannya. Tapi pernyataan Sinha tersebut terlanjur menuai kemarahan publik. Terlebih, beberapa bulan terakhir ini India semakin marak dilanda pemerkosaan yang menuai kecaman banyak pihak hingga dunia internasional.
Anggota parlemen setempat, Smriti Irani menyebut pernyataan Sinha sangat menjijikan. Sedangkan anggota parlemen lainnya, Brinda Karat meminta agar Sinha diadili atas pernyataannya tersebut.
"Jika Direktur CBI bisa meremehkan pemerkosaan, itu akan memberikan kesan dan pesan yang salah. Dia tidak memiliki hak untuk meneruskan masa jabatannya," ucap Karat.
Sementara itu, pada Rabu ini, Sinha kembali menyampaikan pembelaannya. Dia mengakui bahwa pernyataannya memang di luar konteks dari topik yang dia bicarakan.
"Saya hanya memberikan pendapat saya bahwa perjudian seharusnya dilegalkan dan hukum tidak bisa dipaksakan. Itu bukan berarti bahwa hukum seharusnya tidak ada. Memang pernyataan yang salah ketika menyebut pemerkosaan tidak bisa dihindari dan korban seharusnya hanya berbaring dan menikmatinya... Saya menegaskan kembali, saya menghormati wanita dan komitmen saya terhadap isu gender," ucap Sinha.
Namun publik dan aktivis yang marah, terus mendesaknya mundur dari jabatan sebagai Direktur CIB atau meminta maaf kepada publik.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini