Sanitasi Jakarta Buruk, Ini Penyebabnya

Buruknya Sistem Sanitasi Jakarta

Sanitasi Jakarta Buruk, Ini Penyebabnya

- detikNews
Rabu, 13 Nov 2013 12:16 WIB
Warga memanfaatkan sungai di Jakarta yang sudah tercemar. (Foto - Agung Pambudhy/detikcom)
Jakarta - Pengolahan air limbah di DKI Jakarta dilakukan dengan sistem perpipaan oleh Perusahaan Daerah PD PAL Jaya. Perusahaan daerah ini sudah berdiri sejak 22 tahun silam. Namun hingga kini, jumlah wilayah yang tercakup jaringan perpipaan pengolahan air limbah tak sampai lima persen. Apa penyebabnya?

Menurut Direktur PD PAL JAYA, Yudi, ada beberapa kendala sehingga peningkatan wilayah operasi mereka sangat lamban. “Karena sistem perpipaan jadi utilitas paling belakangan, padahal idealnya yang namanya suatu kota, utilitas perkotaannya harus dibangun bersamaan dengan dibangunnya kota itu,” kata Yudi kepada detikcom, Senin (11/11) lalu.

Menurut dia Jakarta memang terbilang terlambat membangun infrastrukturnya. “Dulu orang pikir septic tank saja sudah cukup bagus, ternyata kotanya bertumbuh dan berkembang dan penduduk makin padat, belakangan orang sadar sistem setempat sudah tidak ideal lagi,” kata dia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sayangnya, kesadaran yang telat muncul itu membuat proses pembangunan jaringan menjadi tak mudah, sebab pemasangan pipa tak boleh dengan cara menggali melainkan sistem bor.

Posisi air limbah itu harus yang paling bawah dari utilitas lainnya. Jadi kebayang kan, utilitas Jakarta sudah sumpek, kita bangun di bawahnya. Kita kalah cuma sama MRT dalamnya,” kata Yudi.

Kendala lain yang juga disampaikan Yudi adalah minimnya dukungan dana dari pemerintah. “Pertambahan daya kelola tiap tahun rendah karena memang investasi yang dianggarkan masih minim,” ujarnya.

Dia mencontohkan, pada tahun 2010, pihaknya hanya mendapat alokasi dana sekitar Rp 10-20 miliar. Setelah itu, dua tahun berturut-turut, malah tidak dapat. “Terakhir dapat pada 2010, jadi memang tidak tiap tahun. Kalau dapat pun jumlahnya variatif, tahun ini dapat sekitar Rp 50 miliar,” kata dia.

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Sanitasi Lingkungan BPLHD, Andono Warih mengatakan saat ini jaringan perpipaan air bersih di Jakarta baru sekitar 3 persen. Angka ini jelas belum bisa melayani seluruh warga Jakarta.

Menurut Andono, saat ini hampir 70 persen warga Jakarta telah menggunakan septic tank. Namun masih ada sekitar 11 persen limbah rumah tangga dari slum area, yang langsung dibuang ke lingkungan tanpa diolah sama sekali.

“Kita akui saudara kita di daerah yang padat itu, sekedar MCK Saja masih berbagi, bahkan ada yang langsung buang ke sungai,” kata Andono kepada detikcom, Jumat (8/11) pekan lalu.


Dampak pembuangan limbah cair ke sungai, baik dari perusahaan maupun rumah tangga, membuat kondisi pencemaran Jakarta makin tinggi. Dari segi jumlah, dia memberikan gambaran limbah rumah tangga yang dihasilkan per orang mencapai 150 liter per hari. Limbah itu mengandung air sabun, detergen, air kencing, maupun limbah dapur.

(erd/erd)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads