"Jam 10 dia pamit sama bapaknya untuk membeli bahan bangunan," kata paman Candra, Usman, ketika ditemui di rumah duka, Dusun Patoko, Desa Harapan, Kecamatan Walenrang, Luwu, Rabu (13/11/2013).
Candra memboncengkan keponakan menuju Walenrang Induk dengan sepeda motor, Selasa (12/11) kemarin. Sebelum sampai tujuan, anak bungsu dari 7 bersaudara ini mampir ke rumah kakaknya. Setelah itu, ia baru berangkat ke Walenrang Induk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Candra meminta keponakan turun. Tak berapa lama, ia tersungkur sambil memegangi dada. "Teman-teman menolong. Dada kiri dia mengeluarkan banyak darah," kata Usman.
Candra dibawa polisi ke Polsek Walenrang. Keluarga diberitahu pada pukul 13.00 WITA tentang kejadia itu. Mereka shock. Pada malam harinya, jenazah dibawa ke rumah duka.
Saat ini, jenazah masih di rumah duka dan siap diberangkatkan ke pemakaman desa setempat. Kapolda Sulselbar Irjen Burhanuddin Andi ikut melayat. Orang nomor satu di Polda Sulselbar yang didampingi beberapa petinggi polisi setempat ini tidak bicara banyak soal penyebab meninggalnya korban, apakah tertembak polisi atau warga yang membawa senjata rakitan.
"Kami turut berbelasungkawa dan meminta maaf ke keluarga. Juga prihatin karena aksi kemarin merenggut korban," katanya.
Saat menangani aksi, polisi mengerahkan kendaraan barracuda. Mereka memukul mundur massa dengan tembakan untuk menormalisasi jalan yang menghubungkan daerah-daerah penting di Sulsel dan Sulawesi Tengah itu. Aksi berakhir dengan sendirinya karena lokasi dijaga ketat aparat.
Selain Candra, beberapa warga dan polisi juga terluka dalam aksi yang digelar beberapa hari terakhir. Dalam aksinya, massa meminta pemerintah memasukkan Luwu Tengah sebagai Daerah Otonomi Baru (DOB).
(try/nrl)