Pada musim mudik lebaran lalu misalnya, di jalur pantai utara Jawa tak sulit menemukan truk bergambar Soeharto dengan tulisan 'Penak Jamanku To?. Selain truk, ada juga mobil Isuzu Elf maupun mobil bak terbuka.
Tak hanya di truk, kini kalimat, 'Isih penak jamanku to...? muncul dalam berbagai bentuk media. Seperti repro foto, stiker, poster, T-Shirt, hingga gantungan kunci. Banyak pedagang kaki lima di Blok M Square yang menjajakan kaus, dan stiker 'Isih penak jamanku to?.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Ada desain, yang kebanyakan justru terjadi di luar desain. Itu ada yang mendesain tapi hasilnya di luar dugaan yang membuat,” kata Sujiwo kepada detikcom Senin (11/11) kemarin.
Meski terkesan nyeleneh dan hanya sebagai bahan guyonan, sambutan masyarakat atas atribut yang menyanjung Soeharto itu kian marak. Fenomena ini menurut Sujiwo mirip dengan saat baju kotak-kotak Jokowi, -kini Gubernur DKI Jakarta-, populer di masyarakat Jakarta.
Pedagang berlomba-lomba menjual kemeja ini karena peminatnya tinggi. “Ini (kaus Soeharto) kan gerakannya masif sekali sama seperti kemeja Jokowi. Mungkin betul yang mendesain para pecinta Soeharto. Dana mereka kan tidak terbatas. Tinggal ke sopir truk, tukang sablon bisa kan,” kata Sujiwo.
Bahkan kini menurut dia jargon, 'Isih penak jamanku to...? sudah diplesetkan ke beberapa bidang persoalan lain. Misalnya, dipakai sebagai bahan candaan lucu ketika pendukung klub Manchester United Indonesia kecewa dengan prestasi tim kesayangannya setelah dilatih David Moyes.
Jargon ala Soeharto ini pun sudah menyebar di berbagai daerah di Tanah Air. “Di Kalimantan, Makasar, Aceh, gerakan ini masif sekali,” kata Sujiwo.
Pengamat komunikasi politik Universitas Indonesia Ari Junaedi menilai, respon dari masyarakat yang antusias atas jargon dalam bahasa jawa tersebut tidak bisa disalahkan dan masih wajar. “Ini candaan masyarakat. Wajar melihat hal seperti ini,” kata Ari kepada detikcom kemarin.
(erd/erd)