Sebagian warga bahkan rela menginap. Yang datang tidak hanya dari Yogyakarta, tetapi juga dari Indramayu, Temanggung, Magelang, Purworejo, dan lain-lain. Mereka antre di Museum Keraton Yogyakarta, Selasa (12/11/2013).
Sebagian di antaranya mengais air sisa jamasan yang jatuh di lantai blok. Berbekal botol minuman, jeriken, dan ember, mereka mengambil kembang dan jeruk nipis. Beberapa di antaranya mengguyur tubuhnya dengan air sisa jamasan kereta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"10 Tahun terakhir ini kami selalu datang ke sini. Air ini bisa menjadi obat. Seperti kena guna-guna, bisa sembuh dengan minum air ini," katanya di Museum Keraton Yogyakarta.
Surip (53), warga Bantul, mengaku mempunyai pengalaman dengan air sisa jamasan tersebut. Air tersebut bisa menyembuhkan sakit perut, kepala, dan lain-lain.
Abdi dalem keraton bagian kereta, Mas Kliwon Rotodiwiryo mengatakan, ada 2 kereta yang dijamas atau dimandikan. Yakni kereta kanjeng Nyai Jimat dan kereta penderek. Kereta kanjeng Nyai Jimat ini digunakan oleh Sri Sultan HB I buatan tahun 1750.
"Setiap bulan Suro dalam tahun Jawa, pada hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon tradisi jamasan selalu dilakukan. Tujuannya untuk membersihkan kereta-kereta pusaka keraton. Tradisi jamasan sudah ada sejak masa Sultan HB I," katanya.
Untuk menjamas kereta pusaka, abdi dalem biasanya melakukan ritual. Seperti tidak boleh marah, harus bisa bersabar, menjalani puasa, dan lain-lain. Selain menggunakan air, abdi dalem menggunakan 1 kg jeruk nipis. Jeruk ini untuk membersihkan kuningan yang terdapat pada kereta. Abdi dalem memandikan kereta dengan sangat berhati-hati karena kondisi kereta yang sudah cukup tua.
(try/try)