Noh, Opera Tradisional Jepang 6,5 Abad Ini Ada Pengaruh Mesir dan Yunani

Laporan dari Jepang

Noh, Opera Tradisional Jepang 6,5 Abad Ini Ada Pengaruh Mesir dan Yunani

- detikNews
Jumat, 08 Nov 2013 16:12 WIB
Sakai - Noh adalah salah satu kesenian Jepang berupa drama musikal yang biasanya diperankan oleh laki-laki. Usia kesenian ini sudah berusia 650 tahun dan masih bertahan hingga kini. Ternyata, kesenian ini mendapat pengaruh dari Mesir dan Yunani.

"Noh ini masuk ke Jepang sekitar 650 tahun lalu. Ada pengaruh dari Mesir, Yunani kemudian masuk ke Jepang melalui China," demikian kata master Noh, Kozo Nagayama, di Kuil Takurakuraji, Sakai, Rabu (7/11/2013) lalu.

Noh memadukan seni drama, suara, musik dan tari. Biasanya, bila panggungnya besar, orang yang berperan dalam Noh ini bisa mencapai 12-13 orang. Orang itu terdiri dari 1 aktor utama yang menari dan berakting, terkadang ada beberapa aktor pembantu, lainnya adalah pemain musik dan penyanyi (utai).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Musik yang dimainkan adalah seruling (fue) dan 3 jenis drum. yakni Ko-tsuzumi (drum bahu yang dipukul tangan), O-tsuzumi (drum yang dipangku dan dipukul tangan) dan Taiko (drum berdiri yang dipukul kayu). Dari penjelasan Kozo, nada musik yang dipakai bukan pentatonis, melainkan diatonis.

Yang khas dari Noh adalah topeng yang dikenakan aktor utama. Topeng itu terbuat dari kayu namun bisa berubah-ubah ekspresinya, tergantung gerakan wajah sang aktor. Aktor yang memakai topeng, bila ingin menampilkan wajah sedih bisa menunduk, kemudian bila mendongak bisa menimbulkan ekspresi gembira. Secara garis besar karakter topeng Noh dibagi yakni perempuan, laki-laki, setan, orang tua dan hantu.

Selain memakai topeng, aktor utama juga memakai kostum khusus dari sutra. Kostumnya bergantung peran, apakah menjadi perempuan, seperti kostum Geisha, atau laki-laki seperti seorang samurai. Kemudian aktor biasanya membawa kipas atau pedang yang diselipkan di obi, tergantung perannya.

Rabu siang itu, Kozo dibantu beberapa rekannya, menampilkan cerita Noh dengan format sederhana. Kozo sendiri berperan sebagai perempuan, dua penyanyi dan seorang pemain seruling.

Kozo menjadi aktor utama tanpa mengenakan topeng, namun membawa kipas. Posisi dasarnya, berdiri tegap hingga dada membusung, gerakan langkah dan tangan perlahan-lahan, seperti senam Taichi. Kozo bergerak mengikuti suara penyanyi yang penuh tenaga, getaran dan sesekali melengking, seperti sinden, plus seorang memainkan seruling bambu hitam.

"Cerita Noh yang dipentaskan tak hanya legenda atau drama kuno seperti samurai, namun ada yang kontemporer. Akhir-akhir ini sekelompok orang yang menciptakan cerita drama, terbuka pada penampilan baru," kata Kozo.

Normalnya, Noh yang dipentaskan berdurasi 30 menit sampai 1 jam. Pemain Noh profesional, imbuh Kozo, mayoritas mendapatkan keahlian itu turun temurun sejak 6,5 abad yang lalu!

Menurut Kozo, pada awalnya ada 26 orang yang membuat komunitas Noh. Nah, 26 orang ini masing-masing menurunkan keahliannya kepada keturunannya, kemudian pecah menjadi beberapa cabang yang membentuk sanggarnya sendiri. Salah satunya, sanggar Kanze, di mana Kozo dididik untuk meneruskan seni ini.

"Sekarang saya berumur 40, saya mulai belajar Noh sejak umur 3 tahun. Berarti sudah 37 tahun saya bermain dalam Noh," demikian kata Kozo.

Sedangkan pemain Noh generasi muda di tempat yang sama, Tomohiko Ueno yang berumur 24 tahun, malah mengaku berlatih Noh lebih muda lagi. "Saya bermain di Noh sejak umur 2 tahun. Berarti sudah 22 tahun," jelas Tomohiko.

Pelestarian kesenian secara turun temurun ini membuat Noh masuk menjadi Karya Agung Warisan Budaya Lisan Nonbenda Manusia yang diakui UNESCO. Luar biasa!

(nwk/mok)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads