Awalnya, proyek ini hanya dianggarkan Rp 125 miliar di tahun 2009. Namun, dua tahun kemudian Kemenpora mengajukan lagi anggaran tambahan hingga Rp 2,5 triliun, Rp 1,2 triliun untuk bangunan dan Rp 1,3 peralatan di dalamnya.
Dalam sidang pembacaan dakwaan terhadap Kepala Biro Perencanaan Sekretariat Kemenpora Deddy Kusdinar, terungkap siasat jahat mengakali proyek ini. Duit mengalir mulai dari anggota DPR, pejabat Kemenpora, BPN, hingga calo-calo swasta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Korupsi ini terjadi di tengah permasalahan di dunia olahraga Indonesia yang tak kunjung kelar. Masih ada mantan atlet yang telantar hidupnya, pemain bola yang tak digaji, hingga bangunan fasilitas olahraga yang minim.
Seandainya duit itu tak dikorupsi, apa yang bisa dilakukan untuk dunia olahraga Indonesia?
Membayar Tunggakan Gaji Pemain Bola di 84 Klub
Seme Patrick
|
Ketujuh klub itu adalah PSPS Pekanbaru, Persela Lamongan, Persiwa Wamena, Persidafon Dafonsoro, PSAP Sigli, Deltras Sidoarjo, dan PSMS Medan.
Banyak klub sepak bola tidak mampu memenuhi kewajiban membayar gaji kepada pemain, pelatih, dan ofisial karena kekurangan dana. Mereka kesulitan mencari sumber pendapatan setelah selama ini dibiayai APBD. Akibatnya, banyak pemain mencari nafkah dari pertandingan antar kampung atau hengkang dari klub lama. Namun, tak sedikit pula yang hanya pasrah menanti klub melunasi gaji mereka.
Salah satu pemain yang pernah diberitakan ditunggak gajinya adalah Seme Pierre Patrick. Dia pernah tak dibayar selama tujuh bulan di Arema Indonesia.
Bagaimana seandainya duit kerugian Hambalang itu digunakan untuk membayar gaji para pemain bola? Jika 7 klub mempunyai utang Rp 38,9 miliar, maka bila dirata-ratakan satu klub membutuhkan biaya Rp 5,5 miliar untuk gaji pemain, pelatih dan ofisial per musim.
Total kerugian akibat korupsi Hambalang menurut jaksa KPK adalah Rp 463.668.000.000. Maka, bila angka itu dibagi dengan kebutuhan klub Rp 5,5 miliar, maka duit kerugian Hambalang bisa membayar utang gaji pemain di 84 klub.
Atau bila difokuskan pada klub-klub peserta Indonesian Super League (ISL) yang berjumlah 18 tim, makaΒ duit itu bisa membayar gaji pemain di semua klub hingga 4 musim ke depan.
Menghidupi Pensiun 256 Atlet
Marina Segedi (dok.detikcom)
|
Misalnya kisah Marina Segedi. Mantan atlet pencak silat ini pernah menjadi pahlawan bagi bangsanya. Ia telah mempersembahkan medali emas saat SEA Games di Filipina 1981 untuk Indonesia.
Namun setelah pensiun, Marina tidak lagi jaya. Ia beralih menjadi sopir taksi. Hidup Marina sekarang bisa dibilang pas-pasan. Tak punya rumah. Ia pernah bekerja apa saja, mulai dari berdagang kue, hingga jadi peran pembantu dalam film.
Kisah Marina hanya satu keping saja dari gambaran kehidupan para mantan atlet lainnya. Ada nama Suharto, mantan peraih medali emas balap sepeda di SEA Games 1979, dia kini harus menarik becak. Nama-nama terkena lainnya bahkan ada yang harus jadi penjaga keamanan hingga kerja serabutan.
Nah, seandainya duit kerugian Hambalang itu digunakan untuk membiayai hidup para atlet, tentu jauh lebih bermanfaat. Rp 463,668 miliar yang disebut sebagai kerugian keuangan negara bisa dimanfaatkan untuk 256 atlet dengan asumsi mereka pensiun di usia 30 tahun dan hidup hingga usia 70. Sebagai catatan tambahan, uang per bulan mereka disamakan dengan upah minimun layak yang diajukan para buruh, yakni Rp 3,7 juta per bulan.
Perhitungan:
Rp 463.668.000.000 : (Rp 3,772 juta (UMP) x 12 bulan x 40 tahun (usia atlet pensiun hingga asumsi meninggal dunia)) = 256 orang.
Membangun 2 Gedung Olahraga di Tiap Provinsi
GOR Koja
|
Misalnya di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara. Di daerah 47 pulau itu masih sangat kurang fasilitas olahraganya. Bahkan lapangan futsal pun jarang.
Di Kabupaten Sampang, Madura, juga belum ada sarana dan prasarana olahraga memadai. Termasuk beberapa daerah lain di timur Indonesia.
Nah, berdasarkan standar nasional yang dikeluarkan oleh menteri keuangan, biaya pembangunan gedung olahraga itu minimal Rp 6,948 miliar. Artinya, bila uang kerugian Hambalang Rp 463,668 miliar digunakan untuk membangun gedung olahraga, bisa membangun sekitar 67 bangunan.
Bila disebar, maka seluruh provinsi di Indonesia sedikitnya bisa membangun satu sampai dua GOR sekaligus.
Halaman 2 dari 4