Quantum Victoria, pusat inovasi sains dan matematika yang didanai pemerintah Victoria saat ini sedang mendidik kelompok guru pertama untuk menciptakan alat cetak 3D dan menggabungkannya dengan kurikulum di sekolah.
Soula Bennet dari Quantum Victoria mengatakan ini merupakan pembangunan yang menggembirakan sektor pendidikan. Karena alat pencetak 3D ini memungkinkan guru dan murid mengakses teknologi masa depan pada saat ini juga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika kembali ke sekolah nanti, guru-guru ini bisa menggunakan printer 3D ini untuk seluruh mata pelajaran. Tidak Cuma sains, teknologi, mesin dan matematika, tapi juga bisa untuk seni, sejarah dan bahasa,” tuturnya.
Salah seorang pendidik yang sudah membuktikan manfaat printer 3D bagi pengajaran ini adalah James Alexander guru di Sunbury Downs College yang juga berpartisipasi dalam program Quantum Victoria.
Alexander mengatakan printer baru disekolahnya akan berdampak besar bagi pengajaran di masa depan.
"Sebagai contoh di kelas kimia sering kali kita berbicara soal molekul dalam bentuk 3D dan kita meminta siswa membayangkannya dan kemudian kita membuat animasinya,” tuturnya menjelaskan.
"Untuk membangun pemahaman yang lebih dalam, kita bisa meminta siswa merancang sendiri struktur molekul 3D versi mereka. Sehingga siswa dapat mencetaknya, memegangnya dan melihat seperti apa bentuknya secara langsung,”
Mengubah wajah industri
Universitas Melbourne baru-baru ini menggelar pameran industri mesin cetak 3 dimensi. Pameran ini memperkenalkan teknologi terbaru dari industri mesin cetak 3 dimensi, ide dan pakar.
Pakar dari mesin cetak 3D di Universitas Melbourne, David Flanders, mengatakan mesin cetak 3D akan segera memberi dampak besar bagi dunia industri. Dengan kemampuan mencetak dalam bentuk 3 dimensi, industri bisa menciptakan produk dengan lebih baik.
"Kita bisa mencetak sepatu berhak tinggi... atau baju,”
"Misalnya AFL, kita bisa mencetak sebagai tim yang lebih baik dengan memindai kaki dari tim mereka dan merancang sepatu yang sesuai dengan kebutuhan kaki masing-masing pemain,” katanya.
Meski terkesan sebagai teknologi masa depan, namun menurut Flanders, mesin cetak 3D ini sangat terjangkau harganya dan dapat dibeli dengan harga kurang dari AUS$1,000 ;atau sekitar Rp 10 juta serta mudah dioperasikan oleh keluarga di rumah.
(gah/gah)