Selama berabad-abad manusia merekam segala prestasi mereka dalam berbagai bentuk, mulai dari lukisan gua dan pahatan batu sampai ke media cetak dan elektronik. Tetapi dalam jangka panjang, semua cara penyimpanan yang ada punya keterbatasan waktu bertahan untuk keberadaannya.
"Sistem penyimpanan digital hanya dapat menyimpan datanya selama beberapa dasawarsa, arsip kertas hanya dapat diharapkan bertahan paling lama sampai 500 tahun, sedangkan tulisan yang dipahat di lempengan batu akan pupus termakan waktu," begitu tulis pakar nanoteknologi Jeroen de Vries dari University of Twente, di Belanda, bersama rekan-rekannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk memenuhi kebutuhan ini, para periset membuat disket dengan bahan nitrida silikon kimia inert, senyawa yang digunakan untuk membuat bagian-bagian mesin mobil, sebagai insulator dalam pembuatan sirkuit terpadu dan banyak lagi.
Ke disket ini, mereka tanam logam keras, padat, tungsten yang banyak digunakan dalam filamen bola lampu pijar serta tabung sinar-X dan aplikasi lainnya.
Para peneliti menyimpan data mereka dengan meletakkan tungsten dalam bentuk kode QR, barcode dua dimensi yang sering digunakan untuk mengirim informasi ke smartphone, yang kemudian ditutupi lapisan tipis nitrida silikon.
Daripada menunggu satu juta tahun untuk melihat apakah data benar-benar bertahan hidup, demi maksud percobaan para peneliti mensimulasi berlalunya waktu dengan memanaskan disket.
Dengan menggunakan Arrhenius law, para periset menghitung bahwa dengan mengekspos chip mereka ke suhu 188 derajat Celsius selama satu jam berarti sama dengan sejuta tahun di 27 derajat Celsius.
Kenyataannya, setelah dilakukan serangkaian percobaan, para periset mendapati bahwa disket-disket tersebut bertahan dengan sangat baik di suhu yang lebih tinggi sampai 440 derajat Celsius selama dua jam.
(gah/gah)