"Nggak mungkin ditendang. (Kerusakan) itu direkayasa," ujar Suparjo, salah satu saksi dan juga korban tabrak massal kepada detikcom, Rabu (6/11/2013).
Ia memastikan, tidak ada pengerusakan yang dilakukan siswa. Apalagi dilakukan dengan cara menendang ke body mobil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menceritakan, ketika terjadi perselisihan antara pelaku dengan satpam dan siswa, dirinya bersama Pak Hari (Satpam) dan Zainal (Guru Bahari dan PKN) langsung melerainya. Guru BK SMA Hang Tuah 2 Sidoarjo ini juga meminta, agar pelaku masuk ke mobil dan segera meninggalkan sekolahan.
"Justru saya mengkhawatirkan, kalau pelaku nggak pergi bisa tambah runyam," terangnya.
Suparjo mengatakan, pelaku menurut saat diminta pergi. Ia menilai permasalahan sudah selesai, ketika mobil pelaku berjalan ke depan ke arah pintu barat sekolah.
"Seandainya dia pergi langsung, saya kira aman nggak ada apa-apa," terangnya.
Tapi Suparjo terkejut dan menjadi korban Honda Jazz warna abu-abu nopol L 177 AY, yang dikemudikan Anggara Putra Trisula (21) mundur dengan kencang. Ia pun mengalami luka retak pada tulang pergelangan tangan kirinya.
"Saya kaget dan berusaha menghindarinya. Karena posisi saya sempit dan ada di trotoar," ujarnya sambil menambahkan, pada saat kejadian, dirinya berada di belakang samping kanan mobil pelaku.
Setelah maju dan mundur, Anggara memacu kendaraannya maju lagi dengan kencang hingga melukai siswa dan staf TU.
"Di belakang nggak seberapa banyak (siswa). Justru yang banyak ada di samping dan depan," terangnya.
Pasca kejadian itu, warga Taman Sidoarjo ini menganggapnya tidak menjadi korban, walau hanya terasa memar dan nyeri pada pergelangan tangannya.
Namun setelah dirontgen di Rumah Sakit Mitra Keluarga Waru Sidoarjo, ada keretakan pada pergelangan tangannya. Ia pun melanjutkan pengobatannya ke ahli pijat pata tulang (sangkal putung) di Sumpit, Sidoarjo.
"Kalau nyeri saja, saya anggap nggak masalah dan tidak menjadi korban. Tapi rasa nyeri nggak hilang-hilang dan saya rontgen, hasilnya ada keretakan pada pergelangan tangan saya," katanya.
Siang tadi, keluarga pelaku (kakak, om dan tantenya) mendatangi sekolahan menyampaikan permohonan maaf, prihatin dan penyesalan, serta siap mengganti biaya pengobatan korban hingga sembuh. Mereka diterima Wakasek Erni serta Setyo Nugroho, staf TU yang juga salah satu korban.
Kata Suparjo, dirinya masih belum ditemui keluarga korban. Ia berharap, meski ada upaya, proses hukum Anggara tetap berjalan.
"Perdamaian itu adalah pertanggungjawaban akibat yang ditimbulkannya. Sedangkan pelanggarannya ya harus tetap diproses sesuai hukum yang berlaku, agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi yang lainnya," tandasnya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, Anggara menyeruduk belasan siswa dan guru serta staf TU SMA Hang Tuah 2 Sidoarjo, pada Kamis (31/10/2013).
Dari kejadian tersebut, mengakibatkan 4 orang luka-luka yakni Alif Kurnia Safitri kelas X2. Ia mengalami luka patah tulang pada tangan dan kaki kanan. Retak di rusuk ke 8 sisi kanan. 3 jari tangan kanannya retak dan mengalami lecet dibagian wajahnya.
Gilbert Lardo Joshoa kelas X1, terkena bagian perut. Karyawan staf TU, Setyo Nugroho, mengalami pergeseran tulang lutut kanannya dan pergelangan kaki kanannya. Serta Suparjo, guru BK, mengalami luka patah pada pergelangan tangan kirinya.
(roi/fjr)