βIni salah satu tantangan kami, karena pemerintah tidak mau membuat kebijakan yang memisahkan makanan halal dan haram saat ada jamuan santap makan,β kata Wakil Presiden Asosiasi Islam China, Haji Yusoff Liu Bao Qi di Masjid Beita, Zhengzhou Jumat (25/10) lalu.
Saat ada jamuan makan bersama, penganut agama Islam harus pandai memilih-milih menu agar tak salah menyantap makanan yang diharamkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejumlah pengusaha muslim di China sekarang juga tengah menjajaki impor makanan dari sejumlah negara Islam, seperti Malaysia dan Indonesia.
Di beberapa kota di China, saat ini banyak bermunculan restoran muslim yang tentunya menyajikan menu makanan halal. Salah satunya Restoran Muslim Uiger di Guilin. Restoran ini dibuka oleh Asiguli (39 tahun) sejak 2006 lalu.
βDulu saya buka di Beijing, tapi karena di sana banyak saingan saya dan suami pindah ke Guilin,β kata perempuan yang berasal dari etnis Hui ini di Guilin, Selasa (22/10) lalu.
Tak kurang 100 pelanggan setiap hari makan di restoran milik Asiguli. βTambah ramai karena lokasi dekat dengan Institut Teknologi Guilin,β kata Asiguli.
Selain perorangan, sejumlah pengurus masjid di Zhengzhou dan Beijing juga membuka usaha restoran muslim. Di kawasan Kota Tua Zhengzhou misalnya, pengurus Masjid Xiao Lao menjalankan sejumlah bisnis.
Antara lain, usaha rumah makan halal, toko buku, serta toko perlengkapan busana muslim. βKeuntungan dari bisnis ini digunakan untuk membayar pengurus masjid dan pembinaan umat Islam,β kata Habibulah Ibnu Huda (39 tahun) salah satu pengurus masjid, di Zhengzhou China, Sabtu (26/10) pekan lalu.
Pemerintah China menurut Habib tak pernah menghalang-halangi pengurus masjid dalam menjalankan bisnis. Misalnya untuk mengurus izin pendirian restoran halal, atau membuka toko perlengkapan busana muslim.
βSemua tidak ada masalah, pemerintah tak pernah mempersulit kami untuk mendapatkan izin (usaha),β kata Habib.
(erd/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini