Pengurus Persatuan Umat Islam China akan mengadakan sidang untuk menentukan awal dan akhir hari puasa. Sementara sebelum dilakukan penglihatan hilal, pemerintah China telah menetapkan hari libur Idul Fitri atau Idul Adha.
“Memang beberapa kali ada perbedaan penentuan hari raya. Namun kalau hari liburnya tetap sama,” kata Haji Yusoff di Masjid Beita, Zhengzhou China Jumat (25/10) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat peringatan Idul Adha bulan lalu misalnya. Di Masjid Beita yang terletak di komplek perkampungan muslim di Zhengzhou mendapatkan 60 ekor kambing untuk hewan kurban. Kambing-kambing tersebut kemudian disembelih di Masjid Beita dan dibagikan kepada warga muslim di Zhengzhou.
Pada saat peringatan hari raya tersebut biasanya komunitas muslim di Zhengzhou, dan Henan bisa saling bertemu. Haji Yusoff menyebut di Zhengzhou ada sekitar 120.000 muslim dan terdapat 100 buah masjid. Angka ini diperkirakan masih akan terus bertambah.
Salah seorang pengurus Masjid Xiao Lao di jalan Minzu Kota Lama Zhengzhou, Habibullah Ibnu Huda (39 tahun) mengatakan perayaan Idul Adha di China biasanya lebih meriah dibanding Idul Fitri.
Pada Idul Adha kemarin misalnya, Jamaah Masjid Xiao Lao sampai menggunakan separuh jalan Minzu untuk kegiatan sholat dan penyembelihan hewan kurban.
“Letak masjid ini di pusat kota, dekat dengan stasiun kereta, dan pusat perbelanjaan. Sehingga jamaah selalu ramai, dan nama masjid cepat terkenal,” kata Habibulah.
Masjid Xiao Lao pada hari raya Idul Adha bulan lalu juga menyembelih puluhan kambing hewan kurban dari umat Islam di sekitar jalan Minzu. Setelah hewan kurban itu disembelih, dagingnya diberikan ke masyarakat di sekitar jalan Minzu Kota Lama Zhengzhou.
Tak hanya di Zhengzhuo, di Guilin perayaan Idul Adha juga lebih meriah dibanding Idul Fitri. Seorang warga muslim di Bandar Guilin Bai Feng Yun (90 tahun) mengatakan, suasana Idul Adha masih terasa hingga tiga hari.
“Karena biasanya ada acara makan-makan daging kurban,” kata Bai Feng Yun.
(erd/erd)