Seorang jurnalis radio Prancis, Radio France Internationale (RFI) bernama Ghislaine Dupont dan seorang teknisi suara bernama Claude Verlon ditemukan tewas di kota Kidal pada Sabtu (2/11). Kini, jasad keduanya telah dibawa ke ibukota Bamako, Mali.
Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius menuturkan, Dupont (57) dan Verlon (55) tewas secara mengenaskan. "Salah satu terkena dua luka tembakan dan salah satu terkena tiga luka tembak," ucapnya seperti dilansir AFP, Senin (4/11/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dupont dan Verlon pergi ke Kidal untuk mewawancarai juru bicara kelompok separatis yang bernama Gerakan Nasional Pembebasan Azawad (MNLA). Namun keduanya diculik saat berada di dekat rumah si juru bicara tersebut.
Keduanya merupakan jurnalis veteran dengan banyak pengalaman bertugas di kawasan Afrika. Terutama Dupont yang telah menghabiskan 27 tahun hidupnya dengan melakukan peliputan di wilayah Afrika sejak dia bergabung dengan RFI pada tahun 1986 lalu.
Secara terpisah, RFI mengutip keterangan juru bicara MNLA Ambery Ag Rhissa soal kronologi penculikan kedua jurnalis tersebut. Rhissa menuturkan, dirinya mendengar keributan di luar rumahnya usai wawancara dan dia melihat kedua jurnalis tersebut dibawa masuk ke dalam sebuah mobil misterius.
Seorang pria dengan sorban berbicara dalam bahasa Tuareg kepada Rhissa dan memintanya untuk masuk ke dalam rumahnya. Pria tersebut, menurut Rhissa, memaksa sopir yang membawa kedua jurnalis tersebut untuk tiarap di tanah.
Rhisa mengaku, dirinya mendengar Verlon dan Dupont memberontak dan melawan para penculiknya. "Itu terakhir kalinya kedua jurnalis tersebut terlihat dalam keadaan hidup," ucap Direktur Eksekutif France Media Monde, Marie-Christine Saragosse yang memiliki RFI di Paris.
Dituturkan Saragosse, pihaknya terbang ke Mali untuk membawa pulang jasad Verlon dan Dupont. RFI sendiri menyatakan bahwa jasad kedua jurnalis tersebut akan tiba di Prancis setidaknya pada Senin (4/11) waktu setempat dan kemudian akan diautopsi.
Dewan Keamanan PBB mengecam keras pembunuhan kedua jurnalis ini. Sedangkan Presiden Komisis Eropa Jose Manuel Barroso menyebut aksi pembunuhan ini sangat barbar.
(nvc/ahy)