Direktur NSA Sebut Diplomat dan Parlemen Perintahkan Penyadapan Sekutu AS

Direktur NSA Sebut Diplomat dan Parlemen Perintahkan Penyadapan Sekutu AS

- detikNews
Sabtu, 02 Nov 2013 13:36 WIB
Ilustrasi
Washington - Badan Keamanan Nasional AS (NSA) terus membela diri soal isu penyadapan terhadap pemerintahan negara lain yang menjadi sekutu AS. Direktur NSA Jenderal Keith Alexander menegaskan bahwa tugas penyadapan tersebut diperintahkan oleh diplomat dan parlemen AS sendiri.

Berbicara dalam forum luar negeri dengan Dewan Kota Baltimore, Jenderal Alexander berusaha menjelaskan bahwa program penyadapan yang dilakukan NSA didasarkan pada payung hukum yang ada, yakni Undang-undang Penyadapan Intelijen Asing yang berlaku di AS.

Dia juga menyatakan bahwa sambungan telepon pemimpin dunia yang disadap hanya dicatat tanggal, waktu dan durasi. Menurut Alexander, konten percakapan telepon tersebut tidak diperlukan. Demikian seperti dilansir Press TV, Sabtu (2/11/2013).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat beradu argumen dengan mantan Duta Besar AS untuk Rumania, James Carew Rosapepe, Direktur NSA ini mengungkapkan bahwa aksi penyadapan negara sekutu AS dilakukan atas permintaan anggota parlemen dan diplomat AS.

Rosapepe yang kini menjabat Senator Demokrat untuk wilayah Maryland ini lantas meminta Alexander untuk memberikan 'pembenaran keamanan' atas tindakan NSA yang menggunakan peralatan sadap yang seharusnya digunakan untuk memberantas terorisme, untuk menyadap pemimpin demokrasi terpilih dan bisnis swasta.

Dengan tenang Alexander menjawab pertanyaan Rosapepe. "Itu adalah pertanyaan yang bagus, faktanya sebagai seorang duta besar, Anda sendiri menjadi bagian dari jawaban tersebut. Karena kami, badan intelijen tidak datang dengan tuntutan tersebut. Para anggota parlemen yang datang dengan tuntutan tersebut," ucapnya.

"Salah satu kelompok itu termasuk, biarkan saya berpikir sebentar, oh: duta besar," imbuhnya sedikit menyindir Rosapepe.

Pernyataan Alexander tersebut menunjukkan adanya keretakan dalam program intelijen antara komunitas intelijen dengan pihak pemerintahan Presiden Barack Obama. Akhir-akhir ini, pemerintahan Obama terlihat menjauhkan diri dari NSA dan hal ini nampaknya membuat kesal para pejabat intelijen, terutama pejabat senior.

Banyak informasi intelijen dalam program pengawasan global yang dilakukan NSA telah dibocorkan oleh mantan staf NSA sendiri, Edward Snowden sejak Juni lalu. Kini, Snowden yang menjadi buronan utama AS tengah bersembunyi di Rusia setelah mendapat suaka politik dari negara tersebut.

Salah satu informasi intelijen yang menghebohkan dunia yakni laporan bahwa NSA telah menyadap percakapan telepon sedikitnya 35 pemimpin dunia, termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel yang merupakan salah satu sosok paling berpengaruh di Eropa.

(nvc/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads