Papan peringatan tersebut memicu perdebatan, terutama secara online. Publik bahkan menyebut para staf restoran cepat saji cabang Tokyo tersebut, sengaja melarang masuk orang-orang yang dianggap kumuh, seperti gelandangan dan orang-orang jorok.
"Melarang masuk orang-orang yang tidak pantas," demikian salah satu pernyataan publik secara online, seperti dilansir AFP, Jumat (1/11/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Meskipun tujuan dari papan peringatan tersebut dimaksudkan agar pelanggan kami lebih nyaman saat berada di dalam outlet, beberapa kata yang digunakan memang kurang tepat dan kami meminta maaf untuk itu," ujar juru bicara McDonald's Jepang.
Papan peringatan yang baru lebih ditujukan kepada orang-orang yang dianggap mengganggu kenyamanan pelanggan dan yang memicu keributan.
"Orang yang mengganggu pelanggan lain, seperti memicu keributan dengan suara keras, tidur dan jorok," ucap juru bicara tersebut.
Juru bicara itu menambahkan, seluruh outlet McD yang ada di Jepang telah diinstruksikan untuk memasang papan peringatan yang bebas dari kata-kata diskriminatif.
Terlepas dari perekonomiannya yang tergolong makmur, keberadaan para gelandangan tergolong umum di beberapa kota di Jepang. Tidak seperti di negara-negara Barat yang kebanyakan gelandangan merupakan kaum muda, kebanyakan warga Jepang yang menjadi gelandangan adalah yang berusia lanjut.
Menurut penghitungan resmi, total ada 8.265 orang gelandangan di Jepang sejak Januari tahun ini. Jumlah ini tergolong menurun 13,7 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.
(nvc/ita)