Perangkat itu mengirimkan dua getaran sinyal yang meniru cara lumba-lumba dalam menargetkan mangsanya. Sedangkan radar tradisional selama ini hanya memakai satu getaran sinyal.
Dua getaran sinyal yang disebut dengan twin inverted pulse radar (TWIPR) ini dapat membedakan antara benda-benda elektronik yang biasa disusun menjadi bahan peledak dari benda lain seperti seperti pipa atau paku.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perangkat radar ini dikembangkan oleh tim yang dipimpin oleh Profesor Tim Leighton, dari Universitas Southampton dan para ilmuwan dari Universitas College, London.
Sinyal kuat
Profesor Leighton mengambil inspirasi dari cara lumba-lumba dapat memproses sinyal sonar mereka untuk menentukan mangsa dalam air yang bergelembung.
Lumba-lumba termasuk hewan yang banyak menginspirasi penelitian.
Beberapa lumba-lumba meniup jaring gelembung di sekitar kumpulan ikan untuk memaksa mereka berkumpul.
Sonar mereka tidak akan bekerja jika mereka tidak bisa membedakan ikan dari gelembung-gelembung yang mereka buat.
Dia ingin melihat apakah teknik yang sama bisa diaplikasikan pada gelombang radio, sehingga mengembangkan suatu sistem yang juga mengirimkan sinyal berpasangan.
Perangkat radar yang dibuat oleh tim ini hanya berukuran sepanjang 2cm dan biaya kurang dari Pound 1.
Dalam tes terhadap radar ini, tim mencoba mendeteksi sirkuit khas yang biasa digunakan dalam bahan peledak yang di sekelilingnya juga terdapat berbagai jenis logam.
Radar berbunyi 100.000 kali lebih kuat ketika didekatkan kepada sirkuit bom daripada dengan logam lain.
"Teknologi ini juga bisa diterapkan pada hal lain seperti untuk tes magnetic resonance imaging (MRI) dan kemungkinan juga bisa mendeteksi api," kata Profesor Leighton.
Para ilmuwan saat ini terus mengembangkan penelitian yang terinspirasi dari hewan-hewan super seperti lumba-lumba. Baru-baru ini diketahui bila mereka saling memanggil menggunakan nama seperti pada manusia.
(bbc/bbc)