Hal tersebut diungkapkan mantan agen badan intelijen AS, CIA, Susan Lindauer.
"Kami memata-matai orang-orang itu. Kami memata-matai para duta besar. Kami memata-matai para diplomat senior dan kami bahkan telah melakukannya bertahun-tahun," kata Lindauer kepada media Press TV, Jumat (25/10/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, media Guardian memberitakan, Badan Keamanan Nasional AS, NSA telah menyadap percakapan telepon dari 35 pemimpin negara-negara di dunia. Para pejabat Gedung Putih, Departemen Pertahanan AS dan Departemen Luar Negeri AS memberikan nomor-nomor telepon para pemimpin dunia itu kepada NSA.
Menurut memo yang dikeluarkan oleh NSA pada tahun 2006, NSA rutin melakukan penyadapan percakapan telepon sejumlah pemimpin dunia. Namun tidak disebutkan secara langsung siapa saja pemimpin dunia yang dimaksud.
Memo tersebut diedarkan di kalangan staf NSA khusus Direktorat Sinyal Intelijen. Memo berjudul 'Customers Can Help SID Obtain Targetable Phone Numbers' itu intinya menjelaskan, para agen NSA bisa menyadap informasi dari telepon para pemimpin dunia yang didapat dari departemen pemerintahan yang lain.
"Dalam satu kasus, seorang pejabat AS mampu memberikan NSA sebanyak 200 nomor telepon dari 35 pemimpin dunia," demikian penggalan bunyi memo NSA tersebut.
Namun dalam memo itu diakui bahwa penyadapan tersebut hanya menghasilkan sedikit informasi intelijen yang bisa dilaporkan.
(ita/nrl)