AS Mata-matai PBB dan Pejabat Asing Sejak Sebelum Serangan 11 September

AS Mata-matai PBB dan Pejabat Asing Sejak Sebelum Serangan 11 September

- detikNews
Jumat, 25 Okt 2013 13:19 WIB
Washington, - Amerika Serikat disebut-sebut telah memata-matai para pejabat asing dan bahkan anggota-anggota Dewan Keamanan PBB. Praktik ini telah berlangsung bertahun-tahun, bahkan sebelum serangan teroris 11 September 2001 atau 9/11 di Amerika Serikat.

Hal tersebut diungkapkan mantan agen badan intelijen AS, CIA, Susan Lindauer.

"Kami memata-matai orang-orang itu. Kami memata-matai para duta besar. Kami memata-matai para diplomat senior dan kami bahkan telah melakukannya bertahun-tahun," kata Lindauer kepada media Press TV, Jumat (25/10/2013).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang sangat menarik bagi saya selaku bekas aset CIA adalah saya tahu benar bahwa di PBB... kami kerap menargetkan anggota-anggota Dewan Keamanan. Ini perilaku yang normal selama 10 tahun terakhir. Bahkan saya harus katakan bahwa sebelum 9/11 pun kami telah melakukan ini," imbuh Lindauer.

Sebelumnya, media Guardian memberitakan, Badan Keamanan Nasional AS, NSA telah menyadap percakapan telepon dari 35 pemimpin negara-negara di dunia. Para pejabat Gedung Putih, Departemen Pertahanan AS dan Departemen Luar Negeri AS memberikan nomor-nomor telepon para pemimpin dunia itu kepada NSA.

Menurut memo yang dikeluarkan oleh NSA pada tahun 2006, NSA rutin melakukan penyadapan percakapan telepon sejumlah pemimpin dunia. Namun tidak disebutkan secara langsung siapa saja pemimpin dunia yang dimaksud.

Memo tersebut diedarkan di kalangan staf NSA khusus Direktorat Sinyal Intelijen. Memo berjudul 'Customers Can Help SID Obtain Targetable Phone Numbers' itu intinya menjelaskan, para agen NSA bisa menyadap informasi dari telepon para pemimpin dunia yang didapat dari departemen pemerintahan yang lain.

"Dalam satu kasus, seorang pejabat AS mampu memberikan NSA sebanyak 200 nomor telepon dari 35 pemimpin dunia," demikian penggalan bunyi memo NSA tersebut.

Namun dalam memo itu diakui bahwa penyadapan tersebut hanya menghasilkan sedikit informasi intelijen yang bisa dilaporkan.


(ita/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads